Bahan etanol yang terkandung dalan hand sanitizer ternyata kurang baik bagi kesehatan. Pemerintahan Trump pun memperketat pembatasan penggunaan bahan tersebut demi keamanan.
Termasuk memaksa beberapa pemasok menghentikan penjualan etanol saat permintaan melonjak.
Tindakan keras yang dimaksud untuk melindungi konsumen dari cemaran yang berpotensi berbahaya dalam hand sanitizer, membuat rumah sakit kesulitan karena berkurangnya bahan untuk pembersih untuk melawan virus corona.
Pembatasan itu juga menjadi pukulan bagi produsen bahan bakar etanol.
Industri ini telah menginvestasikan jutaan dolar sejak bulan lalu untuk meningkatkan output pembersih alkohol berbasis jagung untuk mengimbangi penurunan permintaan bahan bakar.
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 15 April mengeluarkan pembatasan pada bahan kimia tertentu yang diizinkan dalam hand sanitizer berbasis alkohol. FDA telah memperbarui pedoman sementara yang diadopsi bulan lalu, ketika krisis kesehatan semakin dalam dan semakin banyak produsen yang mendaftar untuk memproduksi hand sanitizer.
Sejak itu,, FDA telah memberi tahu beberapa perusahaan bahan bakar etanol bahwa produk mereka tidak memenuhi standar keselamatan. FDA memaksa mereka untuk menghentikan produksi dan membatalkan perjanjian pasokan.
"FDA telah meninjau data etanol Anda dan memutuskan bahwa itu tidak dapat diterima sebagai bahan di bawah kebijakan pembersih tangan sementara Badan," tulis FDA dalam keterangannya, seperti dikutip dari Reuters.
Langkah FDA menuai kritik dari para pemasok yang mengatakan bahwa mereka harus lebih memudahkan standar keamanannya untuk memastikan pembersih tangan tersedia secara luas selama wabah virus corona.
"Di mana pro dan kontra di sini? Anda mendapatkan perawatan dari pembersih tangan,” kata Allan Delmare, penyuling di Distillery Dida di Huntly, Virginia, yang telah membeli etanol untuk memproduksi hand sanitizer.
KOMENTAR ANDA