NYARIS sepuluh tahun menikah, sang istri masih kebingungan dengan sikap sangat ramah suaminya. Secara umum, suaminya memang sopan kepada semua orang, tetapi penghormatannya terhadap siapa saja memang terlihat berlebihan. Suaminya itu yang terlebih dahulu menyapa ramah satpam komplek, petugas sampah, pedagang soto hingga mbok jamu.
Kebingungan itu pun pupus tatkala suaminya menceritakan sebuah hadis yang indah, dari Maimun bin Abu Syabib, sesunguhnya Aisyah diminta oleh seseorang pengemis, lalu dia memberikan sepotong roti. Lalu datang lagi seorang pengemis dengan pakaian compang-camping tetapi sikapnya sangat sopan.
Ia kemudian dipersilahkan duduk dan dipersilahkan makan. Sehingga ada seseorang yang menanyakan sikap Aisyah tersebut. Aisyah pun menjawab bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukan mereka.” (Hadis riwayat Abu Daud)
Patut diancungi dua jempol atas kesetiaan Aisyah dalam melaksanakan nasehat suaminya, yakni menghormati manusia sesuai dengan kedudukannya. Uniknya, kedua manusia dalam petikan hadis di atas sama-sama pengemis, yang kerjanya sama-sama meminta-minta. Namun, bila diperhatikan dengan cermat, ada perbedaan di antara keduanya:
Aisyah menghormati kedua pengemis tersebut, tanpa merendahkan salah satunya. Pengemis telah berada dalam kondisi hidup yang berat, maka dua pengemis sama-sama mendapatkan makanan pengganjal perut. Di sini dapat kita pahami penghormatan yang sama dari sikap Aisyah, yakni dengan memberikan sumbangan makanan.
Dalam menghadapi kedua pengemis itu, Aisyah telah mengamalkan nasehat suaminya bahwa kita berkewajiban menghormati siapapun makhluk ciptaan Tuhan. Nabi Muhammad tentunya bersyukur dan berbangga hati memiliki istri yang dapat memuliakan manusia lainnya. Karena sebelum diserukan pada umatnya, Rasulullah telah berhasil menanamkan sifat terpuji itu dalam keluarganya.
Kalau dicermati lebih mendalam, sebetulnya ada perbedaan sikap atau penghormatan Aisyah terhadap dua pengemis tersebut. Apa bedanya? Pengemis pertama datang meminta-minta dan Aisyah langsung memberikan roti. Pengemis kedua datang dalam pakaian compang-camping, artinya kondisinya lebih parah. Namun pengemis kedua ini, seperti yang tercantum dalam hadis, memiliki sikap yang amat sopan. Disinilah bedanya!
Maka kemudian Aisyah pun memberikan pelayanan yang lebih baik, pengemis yang lebih memprihatinkan tetapi lebih sopan itu dipersilahkan duduk, lalu dipersilahkan menyantap makanan. Kuncinya adalah sikap sopan dibalas dengan kesopanan yang lebih baik.
Pada dasarnya manusia itu makhluk baik, yang suka diperlakukan dengan baik dan mampu memberikan balasan yang terbaik. Tanpa merendahkan pengemis pertama, Aisyah menyuguhkan penghormatan yang lebih kepada pengemis kedua. Begitulah cara Aisyah memahami nasehat suaminya, “Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukan mereka.”
Dengan bersikap sopan, kita bukan saya menghormati orang lain, tetapi sesungguhnya meninggikan derjat diri sendiri. Manusia yang normal pastinya akan membalas dengan baik kepada orang yang sopan, dan manusia mulia akan lebih memuliakan siapa saja yang memiliki kesopanan. Dalam hadis sebelumnya, Aisyah sedang tidak melakukan diskriminasi, melainkan memberikan apresiasi sesuai dengan kedudukan manusia. Begitulah yang dinasehati oleh suaminya, yang juga nabi junjungan kita semua, Nabi Muhammad.
Sebuah rumah tangga tidak akan terlepas dari lingkungan sosial, dengan kata lain, akan terus terlibat interaksi dengan manusia-manusia lainnya. Kesuksesan hidup juga tercermin dari keberhasilan kita dalam mengelola pola hubungan. Kemampuan berinteraksi setiap orang berbeda-beda, dari itulah suami istri perlu saling mengisi dalam rangka membangun pola hubungan sosial yang terbaik.
Nabi Muhammad mendapatkan bimbingan langsung dari Allah berupa wahyu, tetapi bukan berarti nasehat itu datangnya hanya satu arah saja; dari suami kepada istri. Pada banyak kejadian, justru Rasulullah yang menerima nasehat dari istrinya, dengan begitu beliau memberikan penghormatan yang tinggi atas kedudukan istrinya. Dengan mendengar dan menaati anjuran istri, Rasulullah telah menaikkan derjat istrinya di hadapan para sahabat dan kaum muslimin.
Perkara hubungan dengan manusia itu tidak selalu mudah, karena karakter orang berbeda-beda. Dalam laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu. Namun suami istri hendaknya tetap istiqamah dalam koridor memuliakan manusia sesuai dengan kedudukannya.
KOMENTAR ANDA