Joyce Chaisin Lin (40) pilot Pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF) yang jatuh di Danau Sentani, Kampung Yobou, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Selasa (12/5) lalu
Joyce Chaisin Lin (40) pilot Pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF) yang jatuh di Danau Sentani, Kampung Yobou, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Selasa (12/5) lalu
KOMENTAR

PESAWAT Mission Aviation Fellowship (MAF) yang jatuh di Danau Sentani, Kampung Yobou, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Selasa (12/5) lalu, menyisakan kenangan pada sosok sang pilot yang tewas dalam kecelakaan tersebut.

Joyce Chaisin Lin (40) perempuan warganegara Amerika Serikat yang menerbangkan pesawat MAF itu adalah spesialis teknologi informasi (TI) lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Ia membawa alat uji virus corona dalam penerbangannya itu untuk dikirimkan ke Distrik Mamit. Namun, pesawat itu jatuh tak lama setelah lepas landas.

Joyce Lin berangkat dari Bandara Sentani di Provinsi Papua pada Selasa pagi dengan penerbangan satu jam ke Mamit.

MAF pada laman resminya menulis 'Mengenang Joyce Lin'.

“Dalam beberapa menit lepas landas, dia melaporkan keadaan darurat dan pesawat turun ke Danau Sentani. Joyce adalah satu-satunya orang di pesawat itu,” menurut sebuah pernyataan dari MAF, seperti dikutip The New York Post, Jumat (15/5).

“Tim dari Indonesia kemudian mengonfirmasi bahwa Joyce tidak selamat dari kecelakaan itu. Staf MAF di Papua dan Jakarta bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan kecelakaan,” ujar MAF. Joyce diketahui sempat berteriak "May Day!" sesaat sebelum kehilangan kontak.

Ahmad Musthofa Kamal, juru bicara kepolisian di Papua mengatakan, pesawat Lin tampaknya memiliki masalah teknis dua menit setelah lepas landas. Dia mengirim panggilan darurat sebelum kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara.

Tim penyelamat menemukan tubuhnya dua jam setelah kecelakaan di kedalaman sekitar 43 kaki atau sekitar 13 meter di Danau Sentani.

Joyce menurut Pendeta Wandikbo adalah seorang pilot yang baru terbang di Papua meskipun Joyce sudah sering terbang dengan pesawat kecil.

Joyce yang meraih gelar sarjana dan master dari Massachusetts Institute of Technology, lulus pada 2017.

“Dia bergabung dengan MAF setelah bekerja selama lebih dari 10 tahun sebagai spesialis komputer. Dia mengirimkan pasokan makanan ke daerah-daerah terpencil di 13 negara,” menurut Salem News.

Lin bergabung dengan MAF pada 2017. Baru-baru ini telah diberikan persetujuan oleh MAF untuk menerbangkan misi solo.

"Bagi saya, solo itu adalah puncak dari perjalanan 10 tahun untuk menjadi pilot misionaris," tulis Joyce dalam postingan pribadinya.

“Begitu banyak orang telah membantu saya selama rentang satu dekade untuk mencapai titik ini, dan saya sangat berterima kasih,” sebut Lin saat itu.

MAF menulis, "Sementara Joyce akan selalu bersemangat untuk menerbangkan pesawat dan bekerja di komputer, dia juga adalah sosok paling bersemangat untuk berbagi."

Juru bicara Satgas Covid-19 Provinsi Papua, dr. Silwanus Sumule, menuturkan pesawat tersebut membawa peralatan medis untuk di Distrik Mamit, Kabupaten Tolikara. Dia mengungkap Distrik Mamit sempat mengontak meminta sejumlah alat kesehatan, pada dua hari lalu.
 
"Mereka minta kami agar dikirimkan alat rapid test, alat VTM (Viral Transport Medium untuk pengujian covid) dan baju APD (Hazmat). Tetapi Tuhan berkehendak lain, pesawat mengalami kecelakaan," kata Silwanus, Kamis, 14 Mei 2020.

 




Dukung Presiden Prabowo Bawa Ahli Medis India ke Indonesia, Andi Arief: Kasihan Rakyat Kecil Tidak Punya Jalan Keluar untuk Transplantasi Organ

Sebelumnya

Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News