Ilustrasi pengembangan vaksin/Net
Ilustrasi pengembangan vaksin/Net
KOMENTAR

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan delapan kandidat vaksin Covid-19 sedang dalam uji klinis, sementara 110 lainnya sedang dalam tahap pengembangan.

Vaksin-vaksin tersebut dikembangkan oleh berbagai perusahaan farmasi dan lembaga kesehatan, termasuk Amerika Serikat, China, dan Jerman yang memimpin.

Pada Jumat (15/5), Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah mengumumkan proyek nasional untuk mempercepat pengembangan vaksin Covid-19 yang ia harapkan rampung pada akhir tahun.

Namun para pakar medis di Jepang, seperti dikutip SCMP mengaku pesimis jika vaksin Covid-19 bisa tersedia pada akhir tahun.

Perusahaan bioteknologi AS, Moderna telah melakukan uji klinis sejak Maret bekerja sama dengan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS. Kedua entitas tersebut sedang mengerjakan vaksin yang mengandung messenger RNA, bahan genetik yang disintesis untuk menyebabkan sel-sel menghasilkan protein yang mirip dengan virus corona yang dapat memicu respons kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang efektif.

Sementara itu, Inovio Pharmaceuticals, perusahaan AS lainnya, memulai uji klinis menggunakan molekul DNA pada April.

Di China, empat kelompok vaksin ada dalam daftar WHO, termasuk Cansino Biological, yang mencoba merekayasa genetika virus lain untuk menghasilkan protein virus corona, yang dapat memicu respons kekebalan.

Perusahaan AS, Pfizer juga bekerja sama dengan sebuah perusahaan imunoterapi Jerman, BioNTech SE.

Di Jepang, enam kandidat vaksin masih dalam evaluasi praklinis yang dilakukan oleh Universitas Osaka, Universitas Tokyo, dan Institut Nasional Penyakit Infeksi.

"Bahkan jika vaksin luar negeri berhasil dan mendapat persetujuan peraturan khusus, pasokan di Jepang akan terbatas dan akan sulit bagi mereka untuk tersedia secara luas tahun ini," ujar seorang spesialis virologi Instutut Kedokteran Universitas Tokyo, Yoshihiro Kawaoka.

Mengembangkan vaksin yang efektif sendiri membutuhkan beberapa langkah. Dalam studi praklinis pertama biasanya dilakukan dengan percobaan laboratorium dan hewan, untuk menentukan kekuatan, keamanan dan efektivitas vaksin.

Selanjutnya diikuti oleh beberapa uji klinis pada manusia, dan akhirnya vaksin harus mendapatkan persetujuan pemerintah untuk distribusi publik.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News