Siapa yang mengerjakan suatu kebaikan dengan ikhlas, maka limpahan kebaikan akan mengalir kepadanya selain pahala yang menjadi ganjarannya/ Net
Siapa yang mengerjakan suatu kebaikan dengan ikhlas, maka limpahan kebaikan akan mengalir kepadanya selain pahala yang menjadi ganjarannya/ Net
KOMENTAR

SETIAP kita pasti pernah berbuat kebaikan. Sayangnya, kerap kali kebaikan kita itu ‘terumbar’ hingga terlihat jelas oleh orang lain.

Jika berbicara tentang aksi peduli sesama yang digagas para pesohor melalui berbagai platfom penggalangan dana, memang beda ceritanya. Mereka yang disebut sebagai influencer, seolah memang ‘diwajibkan’ untuk mengumbar perbuatan baik agar semakin banyak orang mengikuti jejak mereka dalam beramal. Dan karena grand design-nya adalah fund rising, tentulah tidak ideal jika dilakukan sembunyi-sembunyi.

Bukan hanya soal beramal, soal doa pun kerap menjadi topik hangat di medis sosial. Saat bertambah usia seseorang, kita kerap menuliskan kalimat doa yang terpampang di laman media sosial. Dimulai dengan kalimat ‘barakallah fi umrik” lalu mengalirlah harapan agar hidup orang tersebut dipenuhi kebahagiaan. Orang yang bertambah usia itu pun mengucapkan terima kasih kepada kita sambil memuji so sweet terkait doa yang kita berikan.

Seolah-olah, semua perbuatan baik yang kita lakukan harus selalu masuk ke ruang publik. Seolah sangat sulit bagi kita untuk tidak tergoda ‘kemolekan’ media sosial yang memotret kebaikan-kebaikan dalam diri kita.

Kita tidak menyadari adanya kemuliaan yang terkandung dalam sebuah kebaikan yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Tanpa harus tertangkap kamera. Tanpa harus ‘berteriak’ di media sosial.

Ini adalah sebuah keindahan dalam Islam yang sungguh mulia. Jelas maknanya, bahwa siapa yang mengerjakan suatu kebaikan dengan ikhlas, maka limpahan kebaikan akan mengalir kepadanya selain pahala yang menjadi ganjarannya.

Salah satu perbuatan baik yang jarang dilakukan tapi ternyata sangat besar manfaatnya adalah berdoa “dalam diam” untuk orang lain.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang hamba muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, kecuali ada malaikat yang berkata, “Kamu akan mendapat hal yang sama (seperti doamu untuk saudaramu).” (HR. Muslim)

Suatu ketika, Nabi Muhammad mengatakan kepada Abu Darda’bahwa doa seorang muslim untuk saudaranya yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan saudaranya tersebut adalah doa mustajab, yang pasti dikabulkan Allah. Malaikat yang berada di samping si muslim akan mengamini dan mengatakan bahwa doa yang sama akan diterimanya.

Jadi jelaslah, jika kita mendoakan kesehatan bagi orang lain, maka insya Allah kita akan senantiasa disehatkan. Jika kita mendokan kelapangan rezeki bagi orang lain, maka Allah akan selalu melapangkan rezeki kita meski hari-hari kita terasa sulit. Dan jika kita mendoakan kedamaian dan ketenangan bagi orang lain, maka kita insya Allah akan merasakan hidup kita menjadi tenang.

Tanpa kita sadari, ada doa lain yang ternyata tak kalah dahsyat dibanding doa kita untuk diri sendiri. Kita kerap kali begitu fokus pada diri sendiri, bangun di malam hari untuk memohon sebanyak-banyaknya untuk diri kita. Dan kita tak jarang bertanya mengapa doa kita belum juga dikabulkan oleh Allah.

Tapi ternyata, jika kita mau ‘berbagi’ dan peduli, doa untuk saudara-saudara kitalah yang akan menjadi doa mustajab. Doa itu yang dapat membuka pintu keberkahan, kebaikan, dan rezeki bagi kita. Menjadi salah satu pintu rezeki yang tidak kita duga.

Siapa yang bisa kita doakan?

Pasangan dan anak-anak kita, paman dan bibi, tetangga, saudara, juga rekan kerja yang sedang mendapat musibah, para kepala keluarga yang kehilangan mata pencaharian di musim pandemi, para muslimah yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan, anak-anak Palestina, muslim Uyghur, muslim di India, dan masih banyak lainnya.

Malaikat akan menjadi saksi doa kita dalam diam. Doa yang kita panjatkan dengan tulus. Doa yang kita ucapkan tanpa ada pretensi. Doa yang kita lantunkan sepenuh hati untuk kemaslahatan saudara kita. Dan semua kebaikan yang kita tujukan untuk saudara kita akan berbalik kepada kita. Insya Allah.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur