HARI Raya Idul Fitri kali ini beda dari segenap Hari Raya Idul Fitri sebelumnya.
Belum pernah sepanjang kehidupan saya yang baru atau sudah 71 menuju 72 tahun ini, saya mengalami Hari Raya Idul Fitri seperti kali ini.
Belum pernah saya mengalami bulan suci Ramadhan seperti yang baru saja berlalu.
Corona
Baru kali ini saya menempuh bulan suci Ramadhan secara mengkarantina diri di dalam hunian saya bermukim.
Belum pernah saya memperoleh begitu banyak kesempatan untuk merenungi makna perjalanan hidup yang telah, sedang dan akan saya tempuh di masa sisa hidup saja yang bisa berakhir hari ini atau esok hari atau lusa atau entah kapan saya sama sekali tidak mengetahui Kehendak Yang Maha Kuasa.
Apalagi saya sudah lansia, menyandang diabetes dan hipertensi sambil telah terkena serangan jantung yang untuk sementara masih bisa diselamatkan dengan dua cincin di pembuluh darah kawasan jantung sehingga kini saya potensial menjadi makanan empuk bagi para virus corona yang gemar memangsa lansia sakit-sakitan.
Mawas Diri
Belum pernah dalam sepanjang hidup ini, saya memperoleh kesempatan untuk mawas diri maka tersadar bahwa begitu banyak saya belum berhasil alias gagal lakukan dalam kehidupan ini.
Misalnya saya gagal membela rakyat tergusur atas nama pembangunan yang seharusnya bukan menyengsarakan namun menyejahterakan rakyat.
Saya gagal ikut membantu pembangunan demi mewujudkan sila Kemanusiaan Adil dan Beradab serta Keadilan untuk Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi kenyataan.
Saya gagal melenyapkan kebencian dari panggung politik perebutan kekuasaan di Tanah Air Udara saya tercinta ini.
Saya gagal meredakan kemelut hujat dan fitnah di gelanggang media sosial.
Saya belum berhasil membawa jamu, dangdut, kroncong, gurindam, kulintang, lontar dll ke UNESCO untuk diakui sebagai warisan mahakarya kebudayaan Nusantara.
Saya gagal menyelenggarakan konser akbar pianis remaja kebanggaan Indonesia Michael Anthony Kwok mempergelar Piano Concerto no I mahakarya Peter Ilyich Tchaikowsky diiringi orkes sinfoni Tchaikowsky Conservatory di panggung Great Hall Tchaikowski Conservatory di Moscow pada tanggal 31 Mei 2020 yang ternyata terpaksa dibatalkan gegara pageblug corona juga melanda Moscow.
Dan masih begitu banyak lagi kegagalan saya yang terlalu banyak sehingga mustahil bisa diungkap semua di ruang terbatas pada naskah sederhana ini.
Fakta
Segenap fakta itu membuktikan bahwa pada hakikatnya saya hanya sesosok insan manusia yang sama sekali tidak berdaya apa pun maka sangat jauh dari kesempurnaan.
Segenap fakta itu membuktikan bahwa sepenuhnya dapat diyakini bahwa pasti saya telah sangat banyak melakukan kesalahan dalam menempuh perjalanan hidup.
Maka pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri ini, dengan penuh kerendahan hati saya sungkem kepada Anda semua demi memberanikan diri memohon Maaf Lahir dan Batin atas segenap kesalahan yang telah saya lakukan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Budayawan senior, pendiri Museum Rekor Indonesia.
KOMENTAR ANDA