Menteri Kesehatan Hala Zayed/Net
Menteri Kesehatan Hala Zayed/Net
KOMENTAR

MENINGKATNYA kasus infeksi dan kematian karena corona di kalangan medis Mesir membuat Serikat medis di negara itu geram. Mereka menyampaikan kritik tajam kepada pemerintah pada hari Senin (25/5).

Mereka mengeluhkan kinerja pemerintah yang dinilai gagal sehingga menyebabkan banyaknnya kasus dan kematian dikalangan profesional kesehatan.

Mereka menyinggung kurangnya peralatan pelindung, pengujian, dan tempat tidur rumah sakit untuk dokter yang berada di garis depan. Serikat pekerja menggambarkan kelalaian kementerian kesehatan Mesir sebagai "kejahatan pembunuhan karena tidak bertanggung jawab."

Serikat pekerja melaporkan bahwa 19 dokter telah meninggal dan 350 telah terjangkit virus, menurut angka resmi, meskipun pengujian staf medis masih terbatas.

"Kementerian kesehatan memikul tanggung jawab penuh, sebagai akibat dari kegagalan untuk melindungi mereka."

Mesir adalah negara terpadat di Arab. Secara resmi Mesir mencatat 17.967 infeksi dan 783 kematian akibat Covid-19. Meskipun jumlahnya mash kalah jauh dibandingkan dengan AS dan Eropa, kurva ini dengan cepat mengalami percepatan. Dengan penuhnya rumah sakit karantina yang kekurangan sumber daya membuat banyak orang khawatir yang terburuk belum terjadi.

"Sistem kesehatan mungkin benar-benar runtuh, dan bencana kesehatan dapat menyerang seluruh negeri," serikat pekerja memperingatkan dalam pernyataannya.

Menanggapi kritikan tersebut, Menteri Kesehatan Hala Zayed mengatakan pemerintah akan menindaklanjuti hal tersebut.

“Menindaklanjuti untuk memberikan perawatan sebaik mungkin,” ungkapnya, seperti dikutip dari AP, Selasa (26/5).

“Pihak berwenang telah berupaya mengalokasikan lantai berkapasitas 20 tempat tidur di rumah sakit karantina untuk staf yang jatuh sakit, dan menyediakan stok yang cukup dari alat pelindung.”

Menteri juga berjanji untuk meluncurkan penyelidikan hukum 'mendesak' ke dalam kasus Walid Yehia, seorang dokter muda yang meninggal karena virus corona selama akhir pekan setelah berjuang untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit Kairo yang ramai.
"Rekan-rekannya dan saya ada bersamanya, meminta bantuan, tetapi tidak ada tanggapan," saudara laki-laki Yehia, Ashraf Zalouk, menulis dalam posting Facebook yang emosional.

Pemerintah Mesir telah menolak jenis penguncian total sepert yang dilakukan negara-negara lain di kawasan itu. Langkah itu diambil dengan harapan dapat mencegah dampak ekonomi terburuk.

Selama Idul Fitri, pihak berwenang memperpanjang jam malam yang dimulai pukul 17:00 dan menghentikan transportasi umum hingga 29 Mei. Perdana menteri mengatakan negara itu akan secara bertahap dibuka kembali setelah bulan Ramadhan.

Dalam pidato dan pernyataan, pemerintah telah berulang kali meyakinkan rakyat Mesir bahwa virus telah terkendali. Tetapi juga memperketat cengkeramannya pada informasi tentang pandemik. Mereka yang menentang jumlah virus resmi negara telah diusir dan ditahan.

Amnesti Internasional memperkirakan bahwa lebih dari selusin orang telah terjebak dalam tindakan keras yang dimotivasi oleh virus corona.




Donald Trump vs Kamala Harris, Siapa Bakal Menang?

Sebelumnya

Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News