Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SHALAT lima waktu adalah ibadah yang pertama kali akan dihitung di akhirat kelak. Setelah kita akil balig hingga meninggal dunia, kewajiban shalat lima waktu tidak akan gugur dengan sebab apapun.

Namun sering kali Muslim lalai melaksanakannya. Dan ketika mereka mulai taubat dan mendirikan shalat, muncul pertanyaan, apakah shalat-shalat yang pernah ditinggalkan dulu harus diganti atau tidak?

Dijelaskan oleh Ustadz Abdul Somad, shalat fardhu yang telah tertinggal wajib diganti. Perkara penggantian salat ini telah disepakati oleh empat Mazhab, sebagaimana tercantum dalam kitab al-Fiqh al-Islamiyyah wa Adillatuh karangan Syekh Wahbah al-Zuhaili.

"Terdapat dua pandangan mengenai penggantian shalat fardhu yang tertinggal. Pertama, Imam Syafi'i berpendapat bahwa shalat merupakan ibadah inti yang ke fardhu annya melekat pada setiap muslim. Karenanya, muslim yang pernah meninggalkannya dalam keadaan beriman dan sadar, maka dia berdosa. Tetapi jika kemudian ia sadar dan bertaubat, maka sedapat mungkin dia menunaikan kembali shalat-salat fardu yang pernah ditinggalkannya dulu, " Urai Ustadz Abdul Somad.

Kedua, Imam Abu Hanifah dan sebagian lainnya berbeda pendapat. Shalat tersebut tidak perlu diganti, karena dengan keseriusan taubatnya, semua kesalahan yang kita perbuat akan gugur dan sebisa mungkin meningkatkan amal sholeh.

Yang lainnya berpendapat, penggantian shalat fardhu hanya dilakukan jika tertinggal dalam keadaan lupa. Misalnya karena kelelahan yang luar biasa, maka hendaklah kita menggantinya di lain waktu. Tapi jika sengaja meninggalkan, maka tidak ada penggantinya.

"Namun sebagai seorang muslim, sepantasnya kita melaksanakan shalat fardhu tepat waktu. Terkait salat yang ditinggalkan, dikembalikan lagi ke diri masing-masing," tegas Ustadz.

Bagi yang berniat mengganti shalat-shalat tersebut, menurut sebagian besar pendapat, teknisnya sama dengan shalat fardhu hanya saja ditambahkan dengan melafalkan niat qadha.

"Tetapi alangkah baiknya jika dilaksanakan di rumah, untuk menghindari kekeliruan dan keresahan di masyarakat," jelas dia.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur