KOMENTAR

MENJADI seorang dokter adalah cita-cita Eva Yunizar kecil. Namun seiring berjalannya waktu, Eva justru terjun ke dunia media, menjadi seorang news anchor atau pembawa berita plus. Tidak mengapa, begitu katanya, karena tujuannya sama yaitu membantu orang lain.

Semua bermula pada 2001, ketika perempuan kelahiran Surabaya, 13 Juli 1979 itu mengikuti ajang lomba pencarian presenter untuk Liputan 6 SCTV.

"Saat itu aplikasi saya langsung dilihat sama Pimred Liputan 6. Terus dia langsung telepon saya dan langsung menawarkan saya untuk jadi wartawan," kenang Eva saat menjadi narasumber di Nina Nugroho Solusion: Serunya Jadi News Anchor, Rabu (27/5).

Cukup lama ibu dua orang anak ini turun ke lapangan mencari berita. Buat dia, pengalaman tersebut sangat berharga, apalagi bagi seorang penyampai berita. Sebab, syarat mutlak seorang news anchor adalah paham berita yang dibawakan, dapat berempati dengan isi berita, dan memiliki wawasan yang luas.

"Menjadi seorang news anchor itu persiapannya harus banyak. Kita harus datang ke kantor 1-2 jam sebelum tayang. Dua jam itu kita pakai untuk membahas berita dan isi wawancara dengan narsum. Kita juga harus perhatikan rundown berita, bacanya satu-satu biar ga salah baca, diskusi dengan produser, terus make up sendiri. Banyakin minum air putih, karena tenggorokan cepat kering," saran wanita yang pernah menjadi presenter di Metro TV ini.

Meski sekarang sudah menjadi news anchor senior sekaligus manager news anchor di kantor berita CNN Indonesia, Eva mengaku pernah kesulitan membawakan program. Deg-degan layaknya pembaca berita pemula, pun dirasakannya. Apalagi di awal karier, ia disandingkan dengan news presenter senior Jeremy Teti.

Eva yang juga merupakan news anchor berhijab pertama ini menjelaskan, jika ingin terjun ke dunia media, haruslah independen, tidak punya emosi, karena semua akan berkaitan dengan goal saat menyampaikan berita.

"Pernah sekali waktu saya mewawancarai pemerintah yang mengeluarkan aturan atau kebijakan yang merugikan keluarga saya. Marah, kesal, tentu saja. Tapi kita harus profesional dan membawakan berita secara benar. Benar bukan dari versi sendiri ya, karena semua akan balik lagi ke kode etik jurnalistiknya," ucapnya.

Diakhir bincang-bincang, Eva mengungkapkan betapa senangnya menjadi seorang news anchor. Di antaranya banyak belajar tentang kehidupan dan memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi yang benar ke masyarakat.

"Banyak keseruan menjadi seorang news anchor. Dan jika ingin menjadi seperti saya, persiapkan diri dengan baik. Harus berjuang, komit, terus semangat, kerja keras, dan realistis," kata Eva.

"Dari sisi vokal, harus punya suara bagus dan artikulasi yang jelas. Tapi itu semua bisa dilatih, kok. Perbanyak baca buku, jadi punya kosa kata yang banyak untuk menambahkan materi utamanya saat wawancara. Harus kepo, mau tahu banyak hal, dan percaya diri yang tinggi. Dan terakhir, harus tahan banting," tutupnya.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women