Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

PANDEMI virus corona atau Covid-19 yang membuat banyak orang harus bekerja dan beraktivitas di dalam rumah sebenarnya bisa dijadikan momen tepat bagi pasangan suami-istri untuk memperkuat komunikasi.

"Salah satu dari sekian banyak aspek penting dalam perkawinan adalah masalah komunikasi. Ada banyak hal yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak berjalan dengan baik, apalagi ditengah kondisi seperti saat ini, dimana yang biasanya 8 jam atau lebih kita harus keluar rumah, sekarang 24 jam berada dirumah, begitu juga dengan pasangan kita dan hal tersebut tentunya akan menimbulkan kebosanan pada diri seseorang," kata psikolog yang juga merupakan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dr. Yudiana R.Sari, dalam Webinar beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, sambungnya, suami-istri sebaiknya menyikapi hal tersebut dengan cara mengelola diri dengan pasangan, terutama dalam hal komunikasi.

"Komunikasi yang efektif diperlukan agar jarak antara ekspektasi dengan kenyataan dipersempit dan bahkan menjadi sarana belajar saling mengenal lebih jauh," jelasnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, kondisi pandemi seperti saat ini juga menjadi kesempatan belajar untuk saling mengetahui kondisi anggota keluarga, ketika tidak sedang work from home (WFH).

"Kondisi WFH membuat komunikasi dengan pasangan makin intens, akibatnya diperlukan model komunikasi yang baik agar mampu meminimalkan konflik," ujarnya.

Dia menambahkan, ada empat hal yang harus dihindari dalam komunikasi dengan pasangan, terutama di masa pandemi saat ini, yakni mengkritik pasangan, merendahkan pasangan, defensi ketika menerima masukan dan menarik diri saat berkomunikasi.

"Mengkritik pasangan, dalam menyampaikan ketidaksetujuan, harapan yang diinginkan cenderung menyerang aspek kepribadian atau karakteristik bukan pada tingkah laku spesifik," kata Dr. Yudiana.

"Merendahkan pasangan, model komunikasi seperti ini lebih banyak diwarnai dengan intensi untuk menyakiti dengan pemilihan kata-kata yang cenderung kasar, maupun bahasa non-verbal yang juga kasar. Bahkan terkadang dengan humor yang sarkastik/hostile," lanjutnya.

Sementara sikap defensif ketika menerima masukan menunjukan pasangan mencoba untuk mengelak dan menyatakan ketidaksetujuan dengan tanggung jawab yang diberikan.

"Menarik diri/ menghindar saat berkomunikasi, umumnya model komunikasi seperti ini terjadi ketika ada hal-hal yang belum selesai, dan kemudian pasangan menghindar dari komunikasi yang coba dijalin oleh salah satu pasangan," tambahnya.

Selain menghindari empat hal tersebut, Dr. Yudiana juga menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan pasangan untuk memperkuat komunikasi satu sama lain.

"Saran untuk laki-laki (suami), cobalah 'merangkul' dan 'memahami' marah ataupun emosi negatif yang muncul saat berkomunikasi," ujarnya.

"Saran untuk kaum perempuan (istri), lakukan konfrontasi dengan kelembutan. Sementara saran untuk kedua pasangan, terimalah model komunikasi yang mungkin sudah menjadi 'bawaan' dari masing-masing pasangan baik pengaruh gender maupun juga sebagai hasil proses belajar dan pendidikan dari lingkungan yang signifikan dari pasangan," tambanya, seperti dimuat dalam situs resmi Psikologi UI.

Hal lain yang juga bisa dilakukan agar komunikasi menjadi lebih menyenangkan adalah dengan menunjukkan minat terhadap topik yang dibicarakan oleh pasangan ketika sedang berkomunikasi.

"Sentuhan fisik tetap bisa diberikan. Pegang tangan pasangan, atau jika pasangan sedang lelah, pijat pundak dan lehernya, berikan apresiasi tehadap komentar dan pemikirannya, jika ingin membantah lakukan dengan cara yang lembut. Berusaha menunjukan empati terhadap apa yang dialami pasangan, gunakan humor dalam komunikasi, serta tidah mengharuskan pembicaraan serius," tutupnya.




POLYTRON Memperkenalkan Kitchenmate Oven Listrik

Sebelumnya

Intip Resep Rahasia di Balik Empuknya Singkong Keju

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Family