KOMENTAR

SWEDIA akhirnya menunjukkan penyesalan atas strategi yang diterapkannya dalam penanganan virus corona yang ternyata kurang memberikan efek baik.

Swedia yang sebelumnya melakukan kebijakan herd immunity, kini menyesali strategi tersebut, apalagi ketika melihat jumlah kasus dan korban meninggal yang semakin menunjukkan peningkatan.

Ahli epidemiologi Swedia Anders Tegnell mengungkapkan seharusnya negara itu bisa berbuat lebih banyak untuk penanganan virus.

"Terlalu banyak yang meninggal terlalu cepat, dan Swedia seharusnya berbuat lebih banyak untuk menghentikan penyebaran virus corona pada tahap awal," katanya kepada radio publik Swedia, Rabu (3/5).

"Jika kita menghadapi penyakit yang sama di kemudian hari, kita jadi tahu persis apa yang kita ketahui tentang hari ini. Saya pikir kita akan memutuskan untuk melakukan sesuatu di antara apa yang dilakukan oleh seluruh dunia," katanya, seperti dikutip dari Nzherald.

Tegnell menjadi salah satu epidemiologi yang memberikan masukan bagi pemerintah Swedia tentang kebijakan yang diambil untuk mengatasi pandemi corona.

Swedia tidak memberlakukan kebijakan penguncian yang ketat untuk mencegah penyebaran. Bisa jadi hal itu yang mendorong angka kasus bertambah. Di antara negara-negara Eropa dan dunia, Swedia paling menonjol untuk soal kelalaiannya karena melakukan penguncian dan hanya mengandalkan kesadaran masyarakat, sementara sekolah, bar, dan restoran tetap dibuka sepanjang waktu.

Swedia, sebuah negara berpenduduk 10,2 juta orang, mencatat angka 4.468 kematian terkait dengan Covid-19, angka yang jauh lebih banyak dari negara tetangganya di Nordik dan salah satu tingkat kematian per kapita tertinggi di dunia.

Pihak berwenang di Swedia, termasuk Tegnell, menerima banyak kritikan akibat kelalaian mereka dengan strateginya itu. Pemerintah telah menyampaikan permintaan maaf karena gagal melindungi warga lanjut usia dan penghuni panti jompo.

Dari segala kelalaian dan kesalahan itu, pemerintah akan berupaya memperbaikinya.

"Mungkin kita tahu bahwa sekarang, ketika Anda mulai melonggarkan langkah-langkah, kita bisa mendapatkan semacam pelajaran tentang apa lagi, selain apa yang kita lakukan, Anda bisa melakukannya tanpa penghentian total," kata Tegnell.

Namun, ketika ditanya apakah angka kematian yang tinggi di negara itu telah membuatnya mempertimbangkan kembali pendekatan uniknya terhadap pandemik, Tegnell menjawab, "Ya, tentu saja."




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News