Suasana masjid agung Roma/Net
Suasana masjid agung Roma/Net
KOMENTAR

PEMERINTAH Italia dan Persatuan Komunitas Organisasi Islam di Italia (Unione delle Comunità e Organizzazioni Islamiche di Italia) atau UCOII telah mencapai kesepakatan yang memungkinkan para imam untuk menawarkan bantuan spiritual kepada tahanan Muslim yang ditahan di penjara Italia.

Nota kesepahaman tersebut menyusul perjanjian yang ditandatangani bulan lalu antara Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan perwakilan dari komunitas Islam di Italia tentang pembukaan kembali masjid dan ruang sholat sebagai bagian dari respons ‘Fase 2’ negara itu dalam penanganan krisis Covid-19. Perjanjian tersebut dianggap oleh perwakilan Muslim sebagai langkah menuju pengakuan resmi Islam sebagai salah satu agama di Italia.

Memorandum tersebut ditandatangani oleh Ketua Departemen Administrasi Lembaga Pemasyarakatan, Hakim Bernardo Petralia dan Presiden UCOII Yassine Lafram.

“Ini menerapkan prinsip kebebasan beragama untuk semua warga negara yang ditetapkan dalam Konstitusi Republik Italia, yang menjamin hak tahanan untuk mengakui agama mereka juga saat mereka berada dalam tahanan. Mempertimbangkan meningkatnya multietnisitas populasi penjara Italia, adalah penting untuk memungkinkan setiap agama dianut dengan cara yang benar,” kata Kementrian Kehakiman Italia seperti dikutip dari Arab News, Minggu (7/6).

Berdasarkan protokol tersebut, UCOII akan membuat daftar siapa saja Muslim yang berperan sebagai imam di Italia dan siapa saja yang tertarik untuk membimbing doa dan ibadah untuk para narapidana di sana.

Daftar ini juga akan menentukan di mana masjid atau ruang sholat yang biasanya dilakukan setiap imam untuk melaksanakan ibadahnya. Para imam harus menunjukkan preferensi mereka untuk tiga provinsi di mana mereka bersedia memimpin doa bagi para narapidana.

Karena belum ada perjanjian atau hukum resmi yang mengatur sepenuhnya hubungan antara negara Italia dan komunitas Islam di negara itu, nama-nama imam dalam daftar harus diserahkan kepada Kementerian Dalam Negeri, sehingga mereka dapat menerima otorisasi resmi untuk melakukan tugas mereka di dalam penjara.

“Dengan protokol baru ini, dimungkinkan untuk meminta imam memimpin doa di setiap penjara di Italia. Ini adalah tanda hasil luar biasa yang diperoleh sejauh ini untuk proyek percontohan yang telah kami lakukan dalam lima tahun terakhir di delapan penjara Italia, ”kata Lafram.

Menurut Kementerian Kehakiman Italia, hampir 10.000 dari 60.000 narapidana yang ditahan di penjara Italia adalah orang asing. Sebagian besar dari mereka berasal dari Maroko, Tunisia, dan Rumania. Angka resmi terbaru menunjukkan bahwa 7.200 narapidana adalah Muslim yang taat, dengan 97 dianggap imam ketika mereka membimbing doa di dalam penjara dan 44 orang dikatakan masuk Islam ketika ditahan.

Sejak 2015 beberapa kamar telah tersedia untuk narapidana Muslim untuk berdoa, meskipun demikian jamaah tidak memiliki siapa pun untuk memimpin sholat atau berkhotbah kecuali selama masa-masa luar biasa tahun ini seperti Ramadhan.

Namun, selama  pandemik Covid-19 tidak seorang pun dari luar diizinkan masuk ke penjara untuk mencegah penyebaran infeksi. Sebagai akibatnya, tidak ada bantuan spiritual yang tersedia bagi narapidana Muslim bahkan di dalam beberapa penjara yang memiliki ruang untuk berdoa sekalipun.

“Bantuan spiritual kepada para tahanan tentu merupakan bagian dari proses reintegrasi ke dalam masyarakat sipil, sebagaimana dinyatakan dalam Konstitusi Republik Italia,” kata Lafram kepada kantor berita Italia ANSA.

“Dengan perjanjian ini, kami bertujuan untuk mempromosikan rehabilitasi sosial narapidana, juga untuk menghindari fenomena radikalisasi, yang mungkin dipicu oleh kondisi kebencian umum terhadap masyarakat,” tambahnya.

Lafram berharap bahwa perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan komunitas Islam di seluruh Italia pada akhirnya akan mengarah pada pengakuan formal agama Islam di negara itu.

Lafram menyatakan rasa terima kasihnya kepada Menteri Kehakiman Alfonso Bonafede karena tidak menunjukkan prasangka buruk terhadap komunitas Islam di Italia.

“Ini adalah langkah penting dalam konteks kolaborasi yang semakin besar antara komunitas agama kami dan Negara Italia untuk kepentingan umum kesejahteraan negara," katanya.




Menteri PANRB Rini Widyantini: Meningkatkan Kepemimpinan Perempuan untuk Menciptakan Kesetaraan Gender dan Lingkungan Kerja Inklusif di Sektor Pemerintahan

Sebelumnya

Menteri HAM Natalius Pigai Terima Penghargaan "Tokoh Nasional Demokratis dan Berintegritas” dari JMSI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News