KOMENTAR

SETIAP kita dulu memiliki satu guru favorit di SD, SMP, SMA, atau dosen favorit semasa kuliah. Jika ditanya tentang faktor apa yang membuat guru tersebut menjadi favorit, bisa ditebak bahwa jawabannya adalah “cara mengajar yang menyenangkan”.

Tapi banyak juga guru killer yang menjadi ‘favorit’. Mereka dianggap menakutkan karena menerapkan tingkat kedisiplinan yang tinggi, tapi tetap disukai jika memang mampu memberi penjelasan yang mudah dipahami siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk bebas bertanya.

Setelah menjadi orangtua, kita memilih sekolah yang terbaik bagi anak berdasarkan banyak faktor. Kurikulum, guru-guru, ekstrakurikuler, hingga kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Banyak dari kita tidak merasa keberatan membayar mahal asalkan anak merasa nyaman bersekolah.

Guru menjadi satu elemen penting yang menentukan keberhasilan siswa menyerap ilmu. Sangat merugi apabila fasilitas super lengkap yang dimiliki sekolah dan kurikulum komprehensif tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh guru.

Beban guru saat ini juga bertambah karena harus menghadapi banyaknya pertanyaan, komentar, dan kritik orangtua setiap hari melalui grup whataspp. Terlebih lagi menghadapi kritik orangtua yang dilontarkan tanpa mengetahui latar belakang kondisi dan tidak mengandung solusi. Maka guru harus memiliki kesabaran ganda; tak hanya untuk mendidik anak di dalam kelas tapi juga melayani serbuan chat orangtua.

Apa kita termasuk orangtua yang cerewet?

Marilah kita bijak dan mengajak orangtua lain untuk bijak menilai guru. Selama anak dapat memahami pelajaran dengan baik dan bersemangat berangkat ke sekolah, kita tak perlu banyak berkomentar.

Atau jika anak pernah menyebut guru ‘jutek’ atau ‘enggak asyik’, jangan lantas mengkritik guru. Jangan-jangan itu hanya ocehan anak kita yang kesal karena ditegur saat ngobrol di kelas. Kita wajib tabayyun alias meneliti lebih dulu sebelum mengeluhkan sikap guru.

Lantas, apa saja karakter guru yang membuatnya dapat menjadi idola di masa kini?

Menurut praktisi pendidikan Najeela Shihab, seorang guru yang ingin sukses mendidik siswanya, harus menjadi guru yang menjalankan empat kunci sukses belajar berikut ini.

#1 Guru yang merdeka. Seorang guru haruslah memiliki karakter yang merdeka. Dia menjadi guru karena cita-cita yang mulia, kehendaknya pribadi. Dengan begitu, ketika dia menjalankan perannya, dia tidak akan tergantung pada pemerintah dan kurikulum. Dia merdeka untuk memberikan lebih banyak ilmu dan pengetahuan dari apa yang ‘digariskan’ dalam kurikulum.

#2 Guru yang kompeten. Tidak melulu soal spesifikasi ilmu, kompetensi guru juga dilihat dari ‘softskill’ seperti public speaking yang baik, kepekaan dan kecerdasan untuk menjadi problem solver, serta kemampuannya beradaptasi dengan perubahan dunia dan teknologi.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kemampuannya beradaptasi dan memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar. Perubahan zaman yang sangat cepat mengharuskan guru untuk melek teknologi dan menjadikan materi pelajaran menjadi sesuatu yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari.

#3 Guru yang semangat berkolaborasi. Untuk memperluas wawasan siswa dan menambah pengetahuan yang berhubungan dengan materi pengajaran, seorang guru tidak pelit berkolaborasi dengan para praktisi dan para ahli dari berbagai bidang. Kolaborasi tersebut tak hanya menguntungkan siswa tapi juga memperkaya bahan ajar guru.

#4 Guru yang tak pelit mengeksplorasi. Seorang guru dikatakan sukses mendidik ketika dia mampu mengeluarkan potensi terbaik para siswanya.

Guru harus mampu mengeksplorasi beragam kecerdasan siswa. Ada yang sangat berbakat dalam bidang akademik—dalam ilmu sains atau ilmu sosial, namun ada juga yang berbakat dalam bidang lain seperti olahraga atau musik. Guru harus mampu memotivasi siswa agar selalu menimba ilmu di sekolah tanpa harus melupakan hobi dan kegiatan kreatif lain yang disukai.

Saat menjalani #belajardirumah selama pandemi Covid-19, orangtua menjadi guru bagi anak-anak. Jangan ragu untuk berusaha menjadi guru yang memiliki empat kunci sukses mendidik ala Najeela Shihab di atas. Dengan demikian, kita bisa meresapi suka duka para pahlawan tanpa tanda jasa dalam mencerdaskan siswa mereka.

Nanti, selepas new normal, kita bisa bertanya pada si kecil apakah kita merupakan guru favoritnya selama #belajardirumah. Nah, bersiap untuk jawabannya ya, Moms!




Mengapa Mengasuh Anak Sekarang Jauh Lebih Sulit Dibandingkan Dulu?

Sebelumnya

Mata Ibu, Silvia Menjadi Komentator Bola bagi Anaknya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting