Salah satu merk fashion mewah dunia mengkampanyekan protokol kesehatan pasca pandemi Covid-19/Net
Salah satu merk fashion mewah dunia mengkampanyekan protokol kesehatan pasca pandemi Covid-19/Net
KOMENTAR

PASCA pandemi virus corona atau Covid-19 membuat jutaan orang di China terpaksa melakukan karantina mandiri di rumah selama beberapa bulan di awal tahun ini, kini banyak dari mereka yang seolah 'balas dendam'.

Ketika penularan virus corona mulai bisa dikendalikan di negeri tirai bambu, banyak sektor ekonomi yang dibuka kembali, salah satunya adalah retail dan pusat perbelanjaan.

Warga China, terutama kalangan atas kembali ke sejumlah mal dan toko elit untuk membeli barang-barang mewah secara langsung, seperti tas, sepatu dan perhiasan.

Kondisi ini tentu membawa angin segar bagi perekonomian China yang sempat porak poranda akibat pandemi.

Beberapa perusahaan barang mewah melaporkan kenaikan di China pada musim semi ini, ketika warga mulai beraktivitas normal pasca pandemi.

Sejumlah pengamat menilai bahwa kondisi ini disebut sebagai tren pembalasan dendam, yakni pelepasan permintaan terpendam setelah orang tidak dipaksa untuk tinggal di rumah.

Sebut saja perusahaan perhiasan ternama, Tiffany (TIF). Pekan lalu, perusahaan tersebut menunjuk China sebagai titik terang untuk bisnis perhiasannya. Pihak perusahaan mengatakan, penjualan ritel mereka melonjak sekitar 30 persen pada bulan April dan 90 persen pada bulan Mei di China, bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

"Kinerja bisnis kami di daratan China, yang merupakan pasar pertama yang terkena virus, adalah indikasi bahwa pemulihan yang kuat sedang berlangsung," kata CEO Tiffany, Alessandro Bogliolo selama presentasi pendapatan perusahaan pekan kemarin.

Hal senada juga diungkapkan oleh perusahaan fashion mewah, Burberry (BURBY). Perusahaan itu mengatakan pada bulan lalu bahwa penjualan pakaian, tas dan asesorisnya di China sudah melampaui tahun sebelumnya, dan terus menunjukkan tren yang membaik.

Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh perusahaan perhiasan dan pembuat jam tangan mewah Swiss Richemont. Perusahaan itu menunjuk China sebagai titik terang dalam beberapa pekan terakhir.

Mereka melaporkan adanya permintaan kuat setelah 462 butiknya di China dibuka kembali.

"Data menunjukkan bahwa China dalam mode pemulihan," kata Luca Solca, seorang analis di Bernstein, seperti dikabarkan CNN (Minggu, 14/6).

Dia menjelaskan, para peneliti di perusahaannya telah menciptakan "indeks rebound" untuk melacak kepercayaan konsumen, yang menunjukkan bahwa sentimen di antara pembeli China meningkat secara signifikan hingga Mei lalu.




Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Sebelumnya

Pengguna Domain .id Tembus 1 Juta, Semakin Terdepan di Asia Tenggara

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News