Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem telah mengumumkan bentuk pembelajaran pada tahun ajaran baru di masa pandemi.

Tatap muka pembelajaran dapat dilakukan pada sekolah yang berada di zona hijau. Sementara daerah yang belum aman, dapat meneruskan pembelajaran secara daring, luring, atau kombinasinya.

Berikut panduan Kemendikbud yang harus dipersiapkan guru untuk memaksimalkan pembelajaran normal:

1. Kesepakatan Orangtua
Sebelum memulai pembelajaran normal. Baru, guru harus memiliki kesepakatan dengan orangtua siswa. Kesepakatan bisa berupa pembelajaran daring, luring, tatap muka untuk zona hijau, atau kombinasi. Termasuk membahas waktu dan konsistensi kesanggupan orangtua mendampingi anaknya belajar.

Meski ada di zona hijau, namun orangtua tidak setuju belajar dengan cara tatap muka, maka guru tidak dapat melakukan kegiatan belajar si sekolah. Tetapi harus diingat, belajar di rumah memerlukan peran lebih dari orangtua.

Intinya, orangtua dan guru harus memiliki persepsi dan rencana yang sama dalam memberikan pendidikan pada anak.

2. Perencanaan Pembelajaran Adaptif
New normal tidak hanya diartikan wajib memakai masker. Lebih dari itu, guru wajib memiliki rencana matang.

Sebagai contoh, jika di masa biasa tatap muka dilakukan selama 5 jam dan membuat beberapa mata pelajaran, maka kalau new normal guru dituntut tidak hanya memberikan  pelajaran secara kurikulum, guru harus mempertimbangkan berbagai aspek agar tidak membebani murid dan orangtua.

Yaitu, materi yang matang, pengalaman belajar bermakna yang akan dilatinkan kepada siswa, cara membelajarkannya, media komunikasi yang akan dipakai, waktu, sumber belajar, sampai alat penilaian yang akan digunakan.

3. Pembelajaran Daring di New Normal
Pada waktu yang disepakati, guru harus benar-benar mendampingi siswa belajar. Monitor waktu bwlajar, segera respons pertanyaan siswa, berikan waktu belajar bersama untuk belajar secara kelompok.

Tapi tidak berarti siswa harus berkumpul untuk mengerjakan soal kelompok. Ada aplikasi seperti zoom untuk membantu berdiskusi.

Pun dengan kegiatan presentasi, jangan ditinggalkan meskipun dilakukan secara daring. Jadi siswa akan terbiasa merasa dalam waktu belajar, meski harus di rumah saja.

Pada akhir pembelajaran, lakukan refleksi dengan menyimpulkan pelajaran, menanyakan hal yang sudah dipahami atau masih menjadi perdebatan.

4. Normal Baru Dengan Pendekatan Luring
Di sini, penugasan sebaiknya diberikan setiap tiga hari atau satu minggu sekali, sehingga tidak terjadi kerepotan dan penumpukan orangtua siswa di sekolah.

Misalkan, di awal minggu guru bisa memberikan tugas selama satu minggu. Penugasannya dapat diambil di sekolah. Penugasannya sama dengan tugas daring, sehingga dapat dengan mudah diakses secara daring.

Yang menjadi tantangan di sini adalah perancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada siswa dan guru, tapi juga orangtua.

Sebab tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan akses dan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi. Makanya, guru perlu ikut membantu melatih orangtua hingga dapat mendampingi anak selama belajar dari rumah saja.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News