PERTUMBUHAN dan perkembangan buah hati di tahun-tahun awal kehidupannya ditunjang oleh berfungsinya seluruh sistem yang ada di dalam tubuh anak dengan optimal, salah satunya adalah sistem stomatognatik.
Sistem stomatognatik adalah sebuah sistem yang berada di area mulut dan sekitarnya yang terdiri dari komponen rongga mulut, gigi, gusi, tulang alveolar atau tulang di sekitar gigi, tulang rahang, lidah, otot-otot yang menutupi kepala dan leher, otot-otot penelanan, dan mukosa di area pipi, lidah, dasar mulut.
"Semua komponen dalam sistem ini tidak boleh mengalami gangguan, karena ibaratnya sebuah kendaraan, gangguan di salah satu komponen akan membuat kendaraan tidak dapat berfungsi dengan baik," tulis dokter gigi DR.Drg.M.Fahlevi Rizal,Sp.KGA(K) dalam artikel yang dimuat di situs resmi Ikatan Dokter anak Indonesia.
Dia menjelaskan, salah satu komponen stomatognatik yang unik adalah gigi.
"Secara umum anak akan melewati tiga fase gigi. Fase pertama adalah fase gigi sulung, fase kedua adalah fase campuran gigi sulung-gigi tetap dan terakhir fase ketiga adalah fase gigi tetap," sambungnya.
Fase pertama dimulai saat pertama kali tumbuh gigi (sekitar umur 8-14 bulan) dan berakhir saat mulai ada gigi tetap yang tumbuh di rongga mulut (sekitar umur 5-6 tahun).
Pada fase ini rongga mulut anak yang normal hanya terdiri dari 20 gigi sulung (10 di rahang atas dan 10 di rahang bawah).
"Saat gigi tetap sudah mulai tumbuh di rongga mulut fase kedua dimulai dan berakhir saat semua gigi sulung telah tanggal di sekitar usia 12 tahun," tambahnya.
Kasus kerusakan gigi akan berpengaruh pada banyak hal dalam pertumbuhan dan perkembangan rongga mulut khususnya dan pertumbuhan perkembangan anak pada umumnya.
Pengaruh ini tidak hanya terhadap fisik, akan tetapi juga terhadap psikis anak. Anak yang mengalami kerusakan gigi secara umum akan mempengaruhi kepercayaan dirinya akibat penampilan yang mengganggu, tetapi lebih dari itu akan mempengaruhi pertumbuhan fisik seperti terganggunya pertumbuhan rahang, sendi dan susunan gigi. Kesulitan makan akibat rusaknya gigi akan mengganggu anak mendapatkan gizi yang baik.
Lebih lanjut Pahlevi menjelaskan, kerusakan gigi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah karies gigi atau gigi berlubang yang diderita oleh sekitar 90,05 persen penduduk Indonesia.
Kombinasi antara kebiasaan konsumsi makanan manis (bahan makanan yang mudah difermentasi oleh bakteri), pembersihan rongga mulut, aktivitas bakteri rongga mulut penyebab karies dan kualitas struktur gigi menjadi penentu terjadinya karies.
"Pembersihan permukaan gigi (sikat gigi) adalah upaya untuk menghilangkan sisa makanan yang mudah difermentasi yang akan berakibat pada menurunnya jumlah bakteri rongga mulut akibat hilangnya energi yang dibutuhkan oleh bakteri menghasilkan produk asam perusak gigi," jelasnya.
Sikat gigi dikelompokkan dalam upaya pencegahan yang umum dan murah untuk dilakukan. Sayangnya pengawasan orang tua terhadap kebersihan rongga mulut anaknya cenderung tidak optimal sehingga anak memilik kebersihan rongga mulut yang buruk dan mudah terjadi karies.
"Sikat gigi harus menjadi bagian proses belajar anak, sebagai mana anak dibiasakan untuk mandi, berpakaian bersih dan mencuci tangan sebelum makan. Hal ini yang menyebabkan perlunya orang tua mengajarkan pembersihan rongga mulut khususnya sikat gigi sejak anak berusia dini," kata Fahlevi.
"Penyikatan gigi sendiri dilakukan saat gigi pertama tumbuh di rongga mulut anak, akan tetapi membiasakan anak dibersihkan rongga mulutnya sudah dilakukan sejak anak lahir," tambahnya.
Beberapa tahapan yang dapat membantu anak terbiasa untuk membersihkan rongga mulut adalah pembersihan gusi sebelum ada tanda-tanda gigi tumbuh, pembersihan bulging (gusi yang menunjol) sebagai tanda akan munculnya gigi dan pembersihan setelah gigi tumbuh di rongga mulut. Tahapan ini penting agar anak terbiasa untuk dibersihkan rongga mulutnya dan mengurangi sensitivitas anak (seperti mudah muntah) atas hadirnya sikat gigi di dalam mulut.
Sejak di awal kehidupan anak sudah mengonsumsi ASI. Upaya mengendalikan bakteri dan jamur rongga mulut sudah mulai dilakukan pada saat itu. Pembersihan rongga mulut di daerah gusi yang belum tumbuh gigi dan lidah dilakukan dengan menggunakan kain kasa steril minimal dilakukan 2-3 kali dalam satu hari.
Usia 0-1 tahun selain masa awal pembersihan rongga mulut, juga sebagai usia awal kontrol pertama ke dokter gigi, terutama menjelang usia 12 bulan.
Pada saat mulai terjadi bulging sebagai tanda awal tumbuhnya gigi sulung, pembersihan di area bulging dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut. Proses pembersihan ini harus terus dilakukan dan saat gigi telah muncul di rongga mulut maka penggunaan sikat gigi yang sesungguhnya untuk membersihkan gigi menjadi kewajiban rutin yang harus dilakukan orang. Beberapa produsen telah menjual sikat gigi dengan variasi ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan perkembangan rongga mulut anak serta kemudahan dipegang oleh anak atau pengasuhnya.
KOMENTAR ANDA