PROVINSI Nusa Tenggara Barat (NTB) disebut sebagai contoh daerah dengan kesetaraan gender yang baik, di mana perempuan diberikan peran dalam pemerintahan. Hal ini merujuk pada sosok perempuan yang duduk sebagai wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Ir. Agustina Erni, M.Sc, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyampaikan bahwa NTB dilirik menjadi model Nasional terkait bagaimana perempuan diberikan peran di segala bidang.
“NTB akan dijadikan model bagaimana perempuan diberikan peran tak hanya di ranah domestik, namun juga di berbagai bidang termasuk pemerintahan," kata Agustina Erni, dalam acara webbinar WIE IEEE Women in Leadership, Senin (22/6).
Wakil Guberbur NTB Sitti Rohmi Djalilah yang juga hadir dalam diskusi online itu kemudian menyampaikan bagaimana NTB menempatkan perempuan-perempuannya ke bidang-bidang profesi sesuai dengan keahliannya, serta bagaimana perempuan NTB berperan serta dalam pembangunan di daerahnya. Bahkan NTB memiliki peran perempuan dalam bidang engineering dan sains.
Data terakhir Penduduk Usia Kerja menunjukan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan pada tahun 2018 sebesar 54,25 persen.
Angka ini memang lebih rendah bila dibandingkan dengan TPAK penduduk laki-laki sebesar 78,83 persen. Dalam rilis BPS Statistik Gender NTB 2018 menyebutkan ini wajar terjadi, karena penduduk laki-laki umumnya yang menjadi tulang punggung keluarga (bread winner) dalam system patriarkal.
Namun, data TPAK perempuan sebesar 54,25 persen di NTB itu menunjukan perempuan sudah banyak yang terjun di bidang profesi.
Sitti Rohmi menyoroti bahwa perempuan di ranah profesional sudah cukup diterima oleh masyarakat. Ini sekalius meruntuhkan stigma negatif yang ada di masyarakat, dan perempuan yang sudah terjun ke dalam dunia profesi tak akan terganggu dengan stigma negatif tersebut. Sebab perempuan-perempuan tersebut akan membuktikan bahwa mereka mampu membagi peran antara keluarga dan jabatan. Bukti nyata tersebut lama-lama akan mengikis stigma negatif yang ada.
“Saya sendiri tidak terlalu terganggu dengan stigma perempuan yang sering diremehkan, karena memulai dari dunia professional. Kita bisa menunjukkan kepada masyarakat melalui aksi nyata,” ujar Sitti Rohmi.
Alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang juga pernah menjabat sebagai General Foreman di PT Newmont Nusa Tenggara (2000—2009) itu menghargai apa yang ada dalam dirinya. Perannya sebagai perempuan dalam rumah tangga menuntutnya untuk selalu disiplin dan multitasking.
“Menjadi perempuan adalah kelebihan bagi saya. Membuat saya bisa mengambil banyak opportunity di bidang-bidang yang lain,” ujar Sitti Rohmi, berharap ia juga dapat menginspirasi perempuan-perempuan yang lain.
KOMENTAR ANDA