JUTAAN wanita dan anak-anak di negara miskin menjadi korban yang terdampak banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh pandemi virus corona atau Covid-19.
Betapa tidak, pandemi mengganggu layanan kesehatan yang mereka andalkan, mulai dari perawatan neonatal dan kehamilan hingga imunisasi dan kontrasepsi.
Pakar kesehatan global Bank Dunia yang juga merupakan kepala sekretariat di Global Financing Facility (GFF) Monique Vledder memperingatkan bahwa pihaknya sangat khawatir dengan jumlah anak yang kehilangan akses akan vaksinasi serta wanita yang melahirkan tanpa bantuan medis. Dia juga mengaku khawatir akan terganggunya pasokan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa seperti antibiotik.
"Kami sangat prihatin dengan apa yang terjadi, terutama di Afrika sub-Sahara," kata Vledder (Rabu, 24/6) saat mengungkap hasil survei GFF soal dampak Covid-19 terhadap kesehatan wanita dan anak-anak.
"Banyak negara tempat kami bekerja rapuh dan karenanya, menurut definisi, sudah memiliki situasi yang sangat menantang dalam hal pemberian layanan kesehatan. Ini membuat segalanya menjadi lebih buruk," tambahnya.
Dia menjelaskan, pada akhir Maret lalu, GFF melakukan survei bulanan dengan staf lokal di 36 negara untuk memantau dampak Covid-19 pada layanan kesehatan esensial untuk wanita, anak-anak dan remaja.
Hasilnya, ditemukan bahwa 87 persen dari mereka mengatakan bahwa tindakan lockdown atau penguncian yang diberlakukan oleh sejumlah negara untuk membendung penularan virus corona, justru menyebabkan gangguan pada tenaga kerja kesehatan.
Lebih dari tiga perempat negara juga melaporkan gangguan pasokan obat-obatan utama untuk ibu dan bayi, seperti antibiotik untuk mengobati infeksi dan oksitosin, obat untuk mencegah perdarahan berlebih setelah melahirkan.
GFF menemukan bahwa di Liberia, misalnya, kekhawatiran tentang Covid-19 mencegah orang tua membawa anak-anak mereka ke klinik kesehatan.
Di Ghana, beberapa ibu hamil dan menyusui memilih untuk menunda layanan antenatal dan imunisasi rutin karena takut tertular penyakit pandemi.
"Kami melihat penurunan tingkat vaksinasi di antara anak-anak. Kami melihat perempuan mengakses layanan lebih sedikit untuk perawatan sebelum atau setelah kelahiran. Kami melihat penurunan pada bayi yang dilahirkan di fasilitas kesehatan. Dan kami juga melihat penurunan dalam layanan rawat jalan, untuk perawatan diare, malaria, demam, pneumonia, misalnya," kata Vledder seperti dikabarkan Reuters.
Akses yang menurun dengan cepat ke pasokan kesehatan reproduksi juga merupakan kekhawatiran utama, tambah Vledder.
GFF memperkirakan bahwa jika situasinya tidak membaik sebanyak 26 juta wanita dapat kehilangan akses ke kontrasepsi di 36 negara, yang menyebabkan hampir 8 juta kehamilan yang tidak direncanakan.
KOMENTAR ANDA