SALAH satu "kekejaman" dari virus corona atau Covid-19 adalah kerap kali pasien Covid-19 meningga dunia sendiri di rumah sakit tanpa pendampingan atau kesempatan mengucapkan selamat tinggal pada keluarga.
Hal itu dikarenakan kekhawatiran akan penularan virus corona. Pasien harus dirawat tanpa pendampingan demi mencegah penularan lebih lanjut.
Namun sejumlah dokter di ibukota Chili, Sanatiago agaknya memiliki sudut pandang lain.
Kepala medis di rumah sakit klinis Universitas Chili di Santiago pekan lalu memutuskan untuk mengizinkan kunjungan keluarga dan bahkan jika memungkinkan, menciptakan ruang untuk perpisahan terakhir.
Hal itulah yang menyebabkan seorang putri pasien bisa mendampingi ayahnya di detik-detik terakhir hidupnya sebelum menghembuskan napas terakhir akiat Covid-19.
Putri pasien bernama Don Jaime itu diharuskan menggunakan pakaian pelindung seperti yang dikenakan para dokter dan perawat, yakni APD, sarung tangan lateks, masker medis, kacamata pelindung dan face shield.
Dia diizinkan oleh para dokter di rumah sakit itu untuk membelai rambut ayahnya yang berusia 76 tahun saat maut menjemput.
Para dokter di rumah sakit itu telah berjuang selama beberapa minggu untuk menyelamatkan nyawa Don Jaime dari Covid-19. Namun kondisinya justru semakin buruk dan tidak bisa diselamatkan.
"Kami selalu menjadi unit yang mengadvokasi kuat tidak hanya untuk pasien kami tetapi juga untuk keluarga mereka dan kami terus mendorong kehadiran mereka di samping tempat tidur pasien," kata kepala Unit Perawatan Intensif rumah sakit tersebut, Carlos Romero, seperti dikabarkan New York Post belum lama ini.
Kawasan Amerika Latin saat ini menjadi wilayah yang paling terpukul akibat virus corona dan Chile adalah salah satu negara yang paling parah terdampak.
KOMENTAR ANDA