Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ISTILAH generasi sandwich diperkenalkan Prof. Dorothy A. Miller dari Universitas Kentucky, Lexington, AS dalam jurnal The Sandwich’ Generation: Adult Children of The Aging yang terbit tahun 1981.

Generasi sandwich dideskripsikan sebagai orang dewasa yang harus menanggung hidup tidak hanya anak-anak tapi juga orangtua mereka. Generasi ini rentan mengalami stres menyangkut urusan finansial karena harus menghidupi dua ‘periuk nasi’.

Namun, potensi stres generasi sandwich ternyata tidak sebatas urusan finansial. Psikolog mengatakan stres tersebut dapat menyebabkan stres dalam pengasuhan anak. Bagaimana tidak, beban hidup yang berat mau tidak mau pasti menyita pikiran dan tenaga generasi sandwich. Akibatnya, mereka kesulitan untuk fokus mengasuh dan mendidik buah hati mereka.

Sandwich Parenting, Seberapa Berbahaya?

Di samping permasalahan parenting secara umum yang dihadapi generasi sandwich tadi, ada permasalahan parenting yang juga tercipta akibat kondisi ‘terjepit’ yaitu sandwich parenting.

Menurut Rumah Lebah islamic parenting support (@rumahlebah.id), sandwich parenting adalah salah satu tantangan yang dihadapi banyak ibu zaman now. Istilah sandwich parenting diartikan sebagai dilema yang dihadapi ibu antara mengikuti gaya pengasuhan zaman sekarang atau mendengarkan saran dari orangtua (kakek dan nenek dari anak-anaknya).

Jangankan ibu muda, ibu yang sudah memiliki anak beranjak remaja pun kerap mengalami sandwich parenting. Apalagi melihat fenomena kehidupan ABG zaman now, tak ayal membuat nenek sering berteriak melarang ini itu bahkan memarahi ibu karena dianggap bersikap permisif terhadap si buah hati.

Ibu muda tentulah banyak mendapat informasi seputar dunia parenting dari komunitas maupun informasi di internet. Bahkan sebelum mengandung, banyak dari calon ibu bergabung dalam komunitas parenting seperti Ibu Profesional dan Keluarga Kita.

Dalam realitasnya, nenek juga ‘turun tangan’ berbagi banyak pengetahuan dan pengalaman dalam membesarkan anak. Perbedaan zaman menyebabkan banyaknya perbedaan yang ditemui antara apa yang diterapkan nenek dan apa yang dibagikan dalam komunitas. Mulai dari mitos dan budaya turun-temurun, konsep hygiene, penggunaan obat-obatan tradisional, hingga penerapan reward and punishment untuk anak.

Ibu tentu pusing jika setiap hari harus berdebat dengan nenek, bukan? Apalagi jika ibu berkarir di luar rumah dan si buah hati berada dalam penjagaan kakek-nenek setiap hari. Duh, kenapa susah sekali membuat nenek mengerti, begitu kira-kira keluhan ibu dalam hati.

Tidak hanya memusingkan kepala ibu, sandwich parenting juga bisa menggoyahkan kepribadian anak. Tidak adanya kesepakatan tentang peraturan dalam kehidupan anak akan membuatnya sulit berdisiplin dan sulit mengembangkan kepercayaan diri.

Perbedaan pola asuh yang terlalu mencolok juga membingungkan anak. Dan karena kakek dan nenek cenderung memanjakan cucunya, tak sedikit anak kemudian melawan orangtuanya karena merasa lebih bebas saat bersama kakek dan nenek.

Jadi, bagaimana menghadapi tantangan sandwich parenting?

Mengutip pendapat penulis buku Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shaleh? sekaligus Direktur Auladi Parenting School, Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, berikut ini adalah cara orangtua menyikapi sandwich parenting.

#Kompak bersama pasangan untuk mengomunikasikan pada kakek-nenek tentang pola asuh yang diterapkan untuk anak. Termasuk juga tentang peraturan yang kita tetapkan sekalipun kita tinggal di rumah kakek-nenek.

#Menghargai pendapat kakek-nenek sambil mengajak mereka mengenal komunitas dan informasi yang menjadi rujukan pengasuhan kita. Sebisa mungkin mencari titik temu agar kakek-nenek bisa menerima apa yang kita jalankan, dan kita pun tidak lantas menolak setiap masukan dari mereka.

#Menjelaskan pada kakek-nenek mengapa perbedaan pola asuh tidak baik bagi anak dan bagi ibu. Sandwich parenting yang membuat stres bisa mengurangi produktivitas ibu dan membuat emosi mudah meledak.

#Libatkanlah kakek-nenek dalam pola asuh ala kita. Misalnya, mereka menjadi pengawas apakah anak menjalankan peraturan rumah yang kita tetapkan.

Semoga ibu selalu mampu menjalin komunikasi penuh cinta dengan kakek dan nenek.
Enjoy parenting!

 

 




Nilai Rapor Menurun, Berikut Cara Ayah Bunda Menegur Si Kecil Agar Termotivasi

Sebelumnya

Mengatasi Kekhawatiran Orang Tua Saat Melepas Anak dari SD ke SMP

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting