BURNOUT diartikan sebagai kondisi emosional, fisik, dan mental yang kelelahan akibat stres panjang dan bertubi-tubi. Burnout dapat terjadi ketika kita merasa sangat tertekan, emosi terkuras habis, dan tidak bisa menuntaskan berbagai tugas yang dibebankan pada kita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, burnout didefinsikan mendetail sebagai stres dan kelelahan emosional, frustasi, dan keletihan yang terjadi jika rangkaian peristiwa dalam suatu hubungan, misi, cara hidup, pekerjaan, atau bisnis, tidak menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan.
Burnout tidak hanya membahayakan diri sendiri tapi juga dapat mengganggu cara kita berinteraksi dengan orang lain. Burnout membuat kita merasa tak berdaya. Ibarat rasa gatal di punggung, kita merasakannya tapi kita tidak bisa mencapai tempat gatal itu untuk menggaruknya.
Semua tantangan dalam hidup ini bisa memicu burnout jika kita tidak mampu mengelola emosi dengan baik. Karena itulah kita tidak boleh acuh jika mendapati kondisi-kondisi berikut ini, seperti dikutip dari Bright Side.
#Mengalami perubahan signifikan dalam hidup seperti ditinggal pergi orang terdekat atau perceraian.
#Mengalami kondisi finansial yang tidak stabil.
#Mendapat tekanan dari tempat kerja, keluarga, sekolah, atau masyarakat.
#Memiliki penyakit kronis.
#Berada dalam lingkungan kerja yang memiliki deadline ketat dan beban kerja besar.
Psychology Today mengingatkan kita untuk memeriksa apakah berbagai gejala kelelahan emosi ini ada pada kita: tubuh terasa lelah lebih sering daripada biasanya, menderita sakit kepala, depresi, sulit tidur, dan sulit fokus.
Bagaimana agar kita bisa move on dan terbebas dari burnout?
Pertama, kita harus mengakui bahwa kita sudah mulai merasakan kondisi dan gejala burnout.
Kedua, kita harus mengidentifikasi apa saja yang menyebabkan kita burnout. Jujurlah pada diri sendiri untuk mengakui masalah yang sedang kita hadapi.
Ketiga, mencari solusi terbaik. Tak ada salahnya meminta bantuan dari orang yang kompeten seperti psikolog atau ustaz jika kita merasa kesulitan menangani burnout seorang diri.
Ketika sudah menemukan solusi yang tepat, tidak perlu memaksakan diri untuk secepat kilat terbebas dari burnout. Akan ada rintangan dan tantangan yang menyulitkan langkah kita. Sangat penting untuk percaya pada kekuatan diri sendiri untuk bisa bangkit.
Keempat, mundur sejenak. Bebas dari burnout membutuhkan kemauan keras dan fokus. Tak ada ruginya kita beristirahat sejenak dari berbagai kegiatan atau komunitas yang selama ini menuntut keaktifan kita. Toh, kita melakukannya tak hanya demi kebaikan diri sendiri tapi juga kebaikan bersama.
Kelima, lebih menghargai diri sendiri. Jika kita sudah terbebas dari burnout, berusahalah untuk lebih memerhatikan kebutuhan diri kita. Jangan melupakan kebutuhan fisik dan mental yang harus dipenuhi. Saatnya mencintai diri kita dengan lebih baik.
Ketika kita bisa mengasihi dan mencintai diri sendiri, kita tidak akan menekan diri kita dengan beban yang teramat berat. Kita bukan manusia super yang tak bisa merasa lelah, sedih, atau terpukul.
Dalam urusan pekerjaan, kita bisa mendelegasikan tugas kepada rekan kerja atau bawahan. Dalam urusan rumah tangga dan pengasuhan anak, kita bisa bekerja sama dengan pasangan. Dalam urusan finansial dan bisnis, kita bisa mulai disiplin dan fokus pada prioritas.
Belajarlah untuk menciptakan kebahagiaan kita sendiri agar kita bisa memupus stres yang datang silih berganti. Ingatlah selalu bahwa di balik kesusahan pasti ada kemudahan.
Be kind to yourself. Saat lelah hati menghampiri, menepilah…
KOMENTAR ANDA