KOMENTAR

PERANCIS menemukan kasus pertama infeksi Covid-19 di dalam kandungan. Hal itu terjadi pada seorang bayi laki-laki yang baru dilahirkan beberapa bulan lalu.

Sang bayi lahir dengan kondisi terinfeksi virus Covid-19.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (15/7), bayi malang tersebut mengalami peradangan di otak bagian dalam beberapa hari setelah dilahirkan.

Dokter menyebut suatu kondisi yang muncul setelah virus baru ini melewati plasenta dan menyebabkan infeksi sebelum kelahiran.

Kasus ini diklaim sebagai yang pertama kalinya terjadi, di mana Covid-19 ditularkan dari seorang ibu hamil pada bayinya di dalam kandungan.

Studi kasus ini pun telah diterbitkan di jurnal Nature Communications.

Studi ini dibuat berdasarkan kasus seorang ibu hamil positif Covid-19 pada Maret lalu. Sang ibu yang berusia 23 tahun dirawat dengan gejala demam dan batuk parah setelah tertular virus corona pada akhir trimester ketiga kehamilan.

Ibu muda ini dinyatakan positif Covid-19 sesaat setelah kedatangannya di rumah sakit. Selanjutnya, tiga hari setelah mendapat perawatan, bayi di dalam kandungan terus dipantau dan dokter mengungkapkan adanya gangguan pada bayi tersebut.

Dokter pun segera melakukan tindakan medis yakni operasi caesar darurat. Pasien tersebut dibius total, sedangkan bayinya segera diisolasi di unit perawatan intensif setelah dilahirkan.

Dokter juga melakukan tes pada darah dan cairan pada bayi yang ekstraksi dari organ paru. Hasilnya, mereka menemukan adanya infeksi Covid-19 pada sang bayi.

Dalam tes yang lebih luas menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 telah menyebar dari darah ibu ke plasenta, di mana virus bereplikasi dan menyebabkan peradangan untuk selanjutnya menurun ke bayi.

"Sebelumnya, alasan ini belum pernah ditunjukkan, karena dibutuhkan banyak sampel," kata Daniele De Luca, direktur medis pediatri dan perawatan klinis rumah sakit Antoine Béclère di Paris.

Untuk memastikannya, dokter perlu mengambil sampel dari darah ibu, darah bayi yang baru lahir, darah tali pusat, plasenta dan cairan ketuban. Kendati demikian, De Luca mengungkapkan dengan kondisi pandemi saat ini sangat sulit untuk mendapatkan semua sampel tersebut.

"Ada beberapa kasus yang dicurigai, tetapi mereka tetap dicurigai karena tidak ada yang memiliki kesempatan untuk menguji semua ini dan memeriksa patologi plasenta," jelas De Luca.




Setelah Berolahraga, Kamu Pantang Lakukan Hal Ini

Sebelumnya

Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung, Simak Beberapa Manfaat Buah Tin untuk Kesehatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health