AKIBAT pageblug Corona ditambah demo besar-besaran bukan hanya di dalam negeri namun juga menyebar ke luar negeri akibat pembunuhan keji terhadap George Floyd. Tampaknya Donald Trump harus menempuh perjalanan tidak terlalu mulus untuk kedua kali memenangkan pemilihan Presiden Amerika Serikat yang direncanakan diselenggarakan 3 November 2020.
Ulah
Ibarat pertandingan sepakbola, sampai dengan saat naskah ini ditulis, pasar taruhan Donald Trump versus Joe Biden lebih berpihak ke Joe Biden. Jauh.
Dalam sebuah acara talkshow bahkan Donald Trump yang lazimnya optimis serta sombong mengakui bahwa kemungkinan rakyat akan memilih Joe Biden bukan karena Biden lebih hebat namun karena tidak suka terhadap ulah Trump.
Memang sikap rasis dan ucapan kasar merupakan dua titik kelemahan utama sebagai sumber antipati publik terhadap Donald Trump.
Semboyan “America First” yang semula membuat Donald Trump sangat popular di masyarakat industri dan perdagangan Amerika Serikat lambat namun pasti malah menimbulkan kesan arogan yang menakutkan mirip Joseph Stalin.
Sikap berpihak ke kaum kulit putih demi menegakkan apa yang digembar-gemborkan sebagai The White Supremacist mengesankan Trump setara jahat dengan Hitler yang ngotot ingin menegakkan supremasi ras Aria tanpa jelas alasannya sehingga malah lepas kendali membasmi ras Yahudi.
Nasionalisme membabibutatuli gaya Trump di era globalisasi justru memunculkan chauvinisme yang merusak citra Amerika Serikat.
Pikun
Gaya kepemimpinan Trump yang semula terkesan seperti badut yang menghibur kini berubah menuju arah menjadi hantu yang menjengkelkan. Politik luar negeri gaya bermain-main yang mempermainkan Kuba, Korea Utara bahkan Rusia memunculkan kesan tidak serius pada kemampuan Trump melakukan manajemen diplomasi.
Perang dagang melawan China secara asal hantam kromo berdasar paranoida menyebabkan seluruh dunia ketar-ketir akan merebak menjadi Perang Dunia III.
Malapetaka ekonomi USA akibat pageblug Corona 2020 analog ambruknya ekonomi USA akibat prahara wabah Influenza 1920 yang kemudian memicu The Great Depression yang menghancurleburkan ekonomi USA yang berdampak ke sekuruh dunia.
Usia Donald Trump yang kini sudah 74 tahun sebagai presiden tertua USA pada saat resmi dilantik membuat lawan-lawan politiknya curiga bahwa pebisnis ulung kelahiran New York ini jangan-jangan mulai pikun. Atau bahkan sudah pikun.
Mujizat
Namun apa yang terjadi di panggung politik Pilpres Amerika Serikat tidak dapat diduga apalagi dipastikan. Dalam tiga bulan ke depan masih banyak peristiwa termasuk yang tak terduga bisa saja terjadi.
Pasti Donald Trump beserta para die hard pendukungnya tidak sudi tinggal diam namun gigih berjuang dengan menghalalkan segala cara sampai titik keringat, air mata dan darah penghabisan demi mempertahankan tahta singgasana kepresidenan yang telah terlanjur dinikmati.
Jangan lupa fakta sejarah bahwa pada Pilpres 2016 segenap indikasi politik meyakinkan bahwa Hillary Clinton pasti akan berjaya mengungguli Donald Trump. Bahkan pada kenyataan hasil hitungan suara, sebenarnya Hillary memperoleh total suara rakyat lebih banyak ketimbang Donald.
Namun fakta sejarah membuktikan bahwa sistem pemilihan USA yang memang “istimewa” akhirnya malah memenangkan Donald Trump untuk menjadi Presiden ke 45 negara teradikuasa di planet bumi masa kini.
Maka apa yang akan terjadi pada Pilpres AS 2020 juga mustahil dapat dipastikan sebab mujizat sama sekali bukan mustahil terjadi.
Penulis adalah pembelajar geopolitik dunia
KOMENTAR ANDA