RENCANA pemerintah Amerika Serikat untuk membuka kembali sekolah dalam waktu dekat ini membuat geram publik, tidak terkecuali orang tua dan tenaga pengajar di negara bagian Arizona.
Pasalnya, rencana pembukaan kembali sekolah dilakukan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 yang masih mengkhawatirkan dan jauh dari kata usai.
Pemukaan sekolah merupakan salah satu isu utama yang hangat dibicarakan di negeri Paman Sam. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuntut kembalinya belajar secara langsung dan tatap muka di seluruh sekolah di Amerika Serikat.
Rencana Trump tersebut banyak ditentang oleh warga, mengingat pandemi Covid-19 masih menghantui.
Sementara itu, kubu Demokrat jug mendesak sekolah tetap dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh sampai tingkat kasus Covid-19 di Amerika Serikat rata.
Salah satu negara bagian yang terkena dampak paling parah akibat pandemi Covid-19 adalah Arizona. Pada akhir Mei lalu tercatat ada sekitar 500 kasus Covid-19 di Arizona. Jumlah itu meningkat drastis menjadi lebih dari 3.000 kasus pada bulan Juli ini.
Departemen Kesehatan Masyarakat Arizona bahkan menyeut bahwa kapasitas perawatan intensif rumah sakit di wilayah tersebut penuh dan hampir 90 persen terisi minggu ini.
Karena itulah tidak heran jika para guru dan tenaga pengajar di Arizona turum ke jalan akhir pekan ini untuk memprotes rencana pembukaan kembali sekolah.
Terinspirasi oleh demonstrasi Black Lives Matter, ratusan guru Arizona mengenakan kaos merah dan mengemudi di sekitar kota dengan motor dan mobil yang dipoles dengan slogan-slogan seperti, "Belajar jarak jauh tidak akan membunuh kita tetapi Covid bisa! ”
Aksi bak pawai motori itu digelar untuk menentang pembukaan sekolah di tahun ajaran baru ini.
Di Arizona, para guru menginginkan Gubernur Partai Republik Doug Ducey untuk mendorong dimulainya sekolah tatap muka setidaknya sampai awal Oktober mendatang.
Menurut mereka, keselamatan 1,1 juta siswa sekolah umum dan 20 ribu guru di Arizona harus menjadi prioritas utama.
"Kami tidak ingin ada anak yang mendapatkan ini (Covid-19) dari kami, karena sebagai guru, saya tidak ingin pergi ke pemakaman mereka," kata salah seorang guru yang ikut aksi, seperti dikabarkan Reuters.
KOMENTAR ANDA