Jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga di Meksiko melonjak selama masa lockdown Covid-19/Net
Jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga di Meksiko melonjak selama masa lockdown Covid-19/Net
KOMENTAR

JUMLAH kekerasan dalam rumah tangga, yang korbannya kebanyakan adalah wanita, melonjak drastis selama lockdown atau penguncian akibat pandemi virus corona yang dilakukan di Meksiko.

Jaringan tempat penampungan terbesar di Meksiko untuk para korban kekerasan, yakni Nasional Shelter dalam sebuah pernyataan mengatakan, jumlah perempuan dan anak-anak yang mencari bantuan telah meningkat lebih dari 80 persen di masa lockdown.

Jaringan yang memiliki 69 tempat perlindungan yang tersebar di sejumlah wilayah di Meksiko juga menjelaskan bahwa jumlah panggilan dan teks yang telah diterima mereka tentang kekerasan di dalam rumah tangga atau kekerasan berbasis gender telah meningkat sebesar 55 persen antara bulan Maret dan Juni kemarin, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Perempuan di Meksiko menghadapi dua pandemi, Covid-19 dan kekerasan keluarga," kata jaringan tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikabarkan Al Jazeera (Jumat, 24/7).

Meksiko diketahui merupakan salah satu negara di Amerika Selatan yang menerapkan lockdown untuk menekan laju penularan virus corona. Selama masa tersebut, banyak keluarga "terjebak" di rumah selama beberapa bulan.

Sejumlah ahli khawatir, ketegangan domestik ditambah dengan kekhawatiran ekonomi setelah kehilangan pekerjaan atau pemasukan selama pandemi telah memicu peningkatan dalam hal kekerasan rumah tangga.

Kepala Jaringan Shelters Nasional, Wendy Figueroa menjelaskan, waktu yang konstan bersama-sama di dalam rumah, membuat pria yang sudah agresif lebih mungkin untuk menyerang, dan mayoritas wanita yang mencari bantuan telah mengalami beberapa bentuk kekerasan sebelum pandemi.

"Covid membangkitkan situasi kekerasan yang disamarkan, disembunyikan," kata Figueroa.

"Selama penguncian ini, kekerasan semakin kuat," tambahnya.

Lebih lanjut Jaringan Shelters Nasional dalam pernyataannya mengatakan, secara keseluruhan mereka telah membantu lebih dari 20.000 orang selama pandemi.

Hampir setengah dari panggilan dan pesan yang diterima oleh jaringan itu selama lockdownberasal dari ibu kota, Mexico City.

Selain itu, lebih dari 500 anak-anak dan remaja yang diterima oleh jaringan tersebut telah menjadi korban kekerasan seksual. Sedangkan 4 dari 10 wanita yang mencari bantuan dari jaringan tersebut mengalami kekerasan fisik.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women