TURKI dan Yunani terlibat perang kata-kata terkait konversi situs bersejarah di Istanbul, Hagia Sophia dari museum ke masjid.
Konversi itu dilakukan Turki awal bulan ini. Shalah Jumat perdana pun digelar di Hagia Sophia pada Jumat (24/7) kemarin. Presiden Turki Recep Tayyip Errdogan hadir menjadi jamaah dalam shalat jumat perdana itu.
Namun, konversi tersebut membuat geram Yunani. Pasalnya, bagi Yunani, Hagia Sophia merupakan pusat agama Kristen Ortodoks. Salah satu bentuk kegeraman itu dilakukan dengan cara gereja-gereja di Yunani membunyikan lonceng pada hari Jumat kemarin sebagai bentuk berkabung.
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyebut bahwa apa yang dilakukan Turki bukanlah unjuk kekuatan, melainkan unjuk kelemahan.
Dia juga menyebut Turki sebagai "pembuat onar", dan konversi situs itu merupakan penghinaan terhadap peradaban abad ke-21.
Menanggapi hal tersebut, jurubicara Kementerian Luar Negeri Turki akhir pekan ini mengatakan bahwa Yunani menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Islam.
"Yunani sekali lagi menunjukkan permusuhannya terhadap Islam dan Turki dengan alasan bereaksi terhadap Masjid Hagia Sophia dibuka untuk shalat," jelasnya.
Kontroversi ini membuat hubungan dua sekutu NATO itu semakin tegang. Kedua negara telah berselisih paham soal sejumlah isu sebelumnya, seperti wilayah udara hingga zona maritim di Mediterania timur.
Erdogan menilai bahwa sikap Yunani terkait Hagia Sophia adalah untuk menutupi masalah Mediterania Timur.
"Kami melihat bahwa target negara-negara yang membuat begitu banyak kebisingan dalam beberapa hari terakhir bukanlah Hagia Sophia atau Mediterania timur," kata Erdogan pada Sabtu (25/7), seperti dikabarkan Al Jazeera.
"(Target mereka) adalah kehadiran negara Turki dan Muslim di wilayah ini," sambungnya.
KOMENTAR ANDA