Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

JUTAAN foto perempuan dalam bingkai black and white memenuhi Instagram feed. Dengan tagar #challengeaccepted, ucapan terima kasih kepada mereka yang menginspirasi, plus tagar #womensupportingwomen, para selebriti, aktivis, dan banyak perempuan di seluruh dunia menulis caption berisi dukungan mereka terhadap pemberdayaan perempuan.

Sederet nama beken di Hollwood seperti Halle Berry, Jessica Alba, Jennifer Garner, Taraji P Hanson, Demi Lovato, Cindy Crawford, dan Kerry Washington mengunggah foto hitam putih. Sementara di Tanah Air, nama Dian Sastrowardoyo, Wulan Guritno, Marsha Timothy, dan Ayushita ada di antara selebriti papan atas yang berpartisipasi dalam challenge ini.

Jika sebelumnya kita menyaksikan kotak segiempat berwarna hitam bertagar #blacklivesmatter membanjiri laman Instagram, kini giliran foto hitam putih yang bersliweran untuk menyuarakan #womenempowerment dan #womensupportingwomen.
 
Meski tujuannya positif, ada pula yang menentang challenge ini. Podcaster Ali Segel salah satunya. Ia mengunggah tweet “I just hate that women want to feel empowered and the first thing they think of is selfies.”

Cuitan Ali itu didukung ratusan orang termasuk Natalia Buia, seorang penulis dan produser. “I don’t get this ‘challenge’ either; wouldn’t it be more appropriate to instead post work we have recently enjoyed that was created by other women? Books, docs, magazine articles, beauty products, apps, charities, etc.”

Sebagian perempuan menilai bahwa definisi dan perwujudan kalimat women empower women seharusnya tidak diwakili dengan sekadar swafoto. Karena komentar yang ditulis para netizen malah salfok pada kecantikan dan keseksian si pengunggah foto.

Pada intinya, challenge ini adalah rantai ungkapan terima kasih kepada perempuan-perempuan yang kita anggap sebagai inspirasi. Dan melalui caption yang kita tulis, kita berharap bisa menginspirasi perempuan lain untuk menjadi kuat, berdaya, dan selalu siap menghadapi berbagai kondisi buruk dalam kehidupan ini.

Tapi, tahukah kita asal mula challenge ini, terutama mengapa kita harus mengunggah foto hitam putih?
Kampanye #womensupportingwomen ini dikritisi karena seolah melupakan tragedi yang menjadi asal mulanya.

Ya, ada alasan tragis di balik foto hitam putih yang menjadi viral tersebut.

Melansir KQED, The Challenge Accepted ini berawal dari sebuah gerakan untuk melawan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan di Turki dan secara spesifik menyuarakan keadilan terhadap pembunuhan perempuan 27 tahun bernama Pinar Gültekin. Jasad Pinar Gültekin ditemukan dalam drum minyak dengan sebagian tubuhnya terbakar, lima hari setelah ia menghilang pada 16 Juli lalu.

Angka kekerasan terhadap perempuan di Turki terus meningkat. Kasus Pinar tersebut menambah rasa ketakutan perempuan. KQED menyebutkan bahwa pada tahun 2019, sebanyak 474 perempuan terbunuh. Angka tersebut meningkat 200% sejak data tahun 2013 mencatat 237 perempuan hilang. Selama tahun 2020 (hingga pertengahan tahun), diperkirakan 146 perempuan telah dibunuh.

Seorang warga Turki dengan akun twitter @imaann_patel menulis,“Turkey is one of the top countries when it comes to femicides. Most often the murderers barely get a slap on a wrist or no charges at all… Our government is trying to abolish certain aspects of [the] Istanbul Convention which is a human rights treaty that protects women against domestic violence… Turkish people wake up every day to see a black and white photo of a woman who has been murdered on their Instagram feed, on their newspapers, on their TV screens. The black and white photo challenge started as a way for women to raise their voice. To stand in solidarity with the women we have lost. To show that one day, it could be their picture that is plastered across news outlets.”

Ada pula Dr. Pragya Agarwal yang menulis di laman Instagramnya,“This was started by Turkish women to say that they are appalled by the Turkish govt decision to withdraw from the Istanbul convention… This is not just performative, this is hopefully not just tokenistic, this is for PINAR GULTEKIN, a woman of color. Say her name!!”

Namun, jutaan perempuan di berbagai belahan dunia tidak mencantumkan nama Pınar Gültekin sebagai bagian dari challenge tersebut. Padahal, tragedi Pinar serupa Breonna Taylor di Amerika Serikat. Banyak orang menyayangkan bahwa tragedi Pinar justru tenggelam dalam banjir foto hitam putih yang awalnya ditujukan untuk mengenangnya.

Kini, jumlah foto yang diposting bertagar #womensupportingwomen telah mencapai 8,6 juta. Jangan sampai sia-sia dan esensi women empowerment tidak tergapai. Sebagai perempuan, kita tentu tidak ingin foto hitam putih itu hanya menonjolkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuh si pengunggah foto, lalu terlepas dari tujuan kemanusiaan challenge ini: menyuarakan pemberdayaan perempuan, menolak diskriminasi terhadap perempuan, dan menuntut perlindungan bagi perempuan DI SELURUH DUNIA.

 

 

 

 

 




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women