Akankah Kamala Harris mendepak Trump dari Gedung Putih?/ Foto: BBC.com
Akankah Kamala Harris mendepak Trump dari Gedung Putih?/ Foto: BBC.com
KOMENTAR

SENATOR perempuan keturunan Jamaika-India, Kamala Harris, menerima pinangan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden. Ia menjadi perempuan berdarah Asia-Afrika pertama yang maju dalam bursa pemilihan capres-cawapres Amerika Serikat.

Joe Biden resmi menggandeng Kamala Harris, senator yang juga mantan Jaksa Agung California itu untuk bertarung melawan pasangan petahana Donald Trump-Mike Pence. Kamala Harris menjadi nama perempuan ketiga yang menjadi calon wakil presiden setelah Geraldine Ferraro (Partai Demokrat) tahun 1984 dan Sarah Palin (Partai Republik) tahun 2008, seperti ditulis BBC.

Dalam twitternya, Kamala menulis “@JoeBiden can unify the American people because he’s spent his life fighting for us. And as president, he’ll build an America that lives up to our ideals. I’m honored to join him as our party’s nominee for Vice President, and do what it takes to make him our Commander-in-Chief.”

Apa alasan Joe Biden memilih Kamala? Padahal, dalam debat internal Demokrat, Kamala terang-terangan menyerang Biden yang dianggapnya hanya berteman dengan senator yang memihak segregasi ras. Bahkan Donald Trump pun menyatakan keheranannya terhadap pilihan Biden.

Menurut Trump, Kamala hanyalah seseorang yang banyak bicara tentang hal-hal yang tidak benar. Tim kampanye Trump bahkan menuduh Biden radikal dan beraliran sayap kiri dengan memilih Kamala.

Ternyata ‘serangan’ tersebut tidak mengubah pendapat Biden bahwa Kamala merupakan salah satu pelayan publik terbaik Amerika Serikat sekaligus pejuang rakyat kecil yang tak kenal takut.

Joe Biden menyaksikan sendiri bagaimana Kamala bekerja dengan almarhum putranya, Beau, saat menjabat Jaksa Agung California. Wakil Presiden Obama selama 8 tahun tersebut tak kalah memuji Kamala saat membela kaum buruh, memerangi kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, juga menghadapi ulah bank-bank besar.

Salah satu yang mendukung keputusan Joe Biden adalah Barack Obama. Menurut Obama, Kamala adalah sosok yang tepat untuk menduduki kursi wakil presiden. “Dia menghabiskan karir membela konstitusi dan membela keadilan bagi masyarakat yang membutuhkannya.”

Kamala gencar menyerukan reformasi kepolisian seiring proses antirasisme yang terus menggelinding di berbagai wilayah di Amerika Serikat. Jika sebelumnya Joe Biden mendekati umat Muslim Amerika, kini gilirannya mencuri hati komunitas kulit hitam—juga Asia.

Lahir di Oakland, California, Kamala lahir dari ayah kelahiran Jamaika dan ibu kelahiran India. Ia pernah mengenyam empat tahun kuliah di Universitas Howard, kampus terkenal yang didirikan komunitas kulit hitam.

Setelah meraih gelar sarjana hukum dari Universitas California, Hastings, ia memulai karir di kejaksaan. Kamala merupakan perempuan pertama sekaligus warga Afrika-Amerika pertama yang menjabat Jaksa Agung Negara Bagian California.

Dengan nama yang meroket sebagai salah satu bintang Partai Demokrat, tahun lalu Kamala mencoba berkampanye sebagai calon presiden di tanah kelahirannya. Sayangnya, Kamala gagal mempresentasikan siapa dirinya, perjuangannya, visi misinya, juga rencana kebijakan-kebijakannya di hadapan 20 ribu orang.

Nama perempuan kelahiran 20 Oktober 1964 itu tentu saja tidak bisa dipisahkan dari Black Lives Matter. Arus protes terhadap perilaku rasis tersebut menghadirkan gelombang massa berjumlah fantastis yang berdiri melawan Donald Trump.

Satu hal lagi, latar belakang Kamala sebagai penegak hukum diyakini dapat menguntungkan Demokrat untuk meyakinkan pemilih yang independen dan moderat.

Akankah Kamala Harris mendepak Trump dari Gedung Putih? Mari menanti rangkaian debat hingga pemilihan presiden AS yang dijadwalkan 3 November mendatang.

 




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women