"Skizofrenia Gaza" karya seniman perempuan asal kota Khan Younis di Jalur Gaza Palestina, Kholoud al-Dasooqi/ Net
KOMENTAR

TIDAK semua perempuan bisa menyuarakan kehancuran yang diderita atas pengalaman mereka yang mengerikan. Kebanyakan dari mereka hanya bisa diam, takut, depresi, dan malah melakukan hal yang lebih nekat lagi.

Seorang seniman perempuan asal kota Khan Younis di Jalur Gaza Palestina, Kholoud al-Dasooqi mengungkapkan itu semua lewat goresan lukisannya. Ia menggelar pameran selama dua hari untuk menyuarakan kekerasan yang dialami perempuan melalui puluhan lukisannya.

Acara bertajuk "Skizofrenia Gaza" ini adalah pameran tunggal pertama al-Dasooqi, seorang lulusan Jurusan Seni Universitas Al-Aqsa.

Seniman berusia 20 tahun itu mengatakan bahwa ini bukan hanya tentang orang lain, tetapi ini juga tentang dirinya. Secara jujur ia mengungkapkan bahwa ia pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga ketika menikah, dan dia memilih untuk mengekspresikan emosi dan perasaannya melalui gambar.

"Proyek ini mencerminkan pengalaman saya sendiri dan pernikahan yang tidak menguntungkan. Ini berbicara tentang detail hidup saya," katanya, seraya menambahkan bahwa karya seninya telah dipengaruhi oleh realitas Palestina, terutama perempuan, seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (12/8).

Dengan menggunakan kosmetik berwarna dan pewarna minyak sebagai media lukis, perempuan muda itu menciptakan puluhan lukisan tragis yang menunjukkan kesedihan perempuan.

"Di komunitas kami, ada tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang tinggi terhadap wanita," kata artis muda itu, menambahkan bahwa dia ingin para pengunjung menyadari kondisi parah para wanita yang dilecehkan di Gaza.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Palestina tahun 2019, sebanyak 29 persen wanita Palestina yang saat ini sudah menikah atau pernah menikah pernah mengalami kekerasan psikologis, seksual, fisik, sosial, atau ekonomi.

Dari jumlah tersebut, 24 persen di antaranya berasal dari Tepi Barat, sedangkan 38 persen berbasis di Jalur Gaza yang diblokade.

Laporan yang sama menemukan bahwa 18 persen perempuan di Palestina pernah mengalami kekerasan fisik dari suaminya, dan sembilan persen perempuan menjadi sasaran kekerasan seksual oleh suaminya.

“Merupakan hal yang wajar untuk merasakan kecemasan dan ketakutan tentang pelecehan, tetapi saya memilih untuk tetap positif dan menyampaikan cerita saya melalui lukisan untuk mendorong orang lain,” kata Kholoud al-Dasooqi.

Salah satu pengunjung pameran, Basel al-Aklouk mengatakan kepada bahwa seniman muda itu berhasil menyampaikan cerita dan pengalaman perempuan melalui lukisan. Dia menarik perhatian pada salah satu masalah paling akut di Jalur Gaza.

Ayah tiga anak berusia 42 tahun itu mengatakan bahwa kemerosotan kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh blokade ketat Israel dan perpecahan internal Palestina telah berkontribusi pada peningkatan kekerasan terhadap perempuan.

Selain itu, penguncian virus corona yang diberlakukan oleh pemerintah Palestina untuk mencegah penyebaran virus semakin mendorong kekerasan itu.

Pejabat Palestina dan aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa penguncian telah membuat wanita lebih rentan terhadap kekerasan dan pelecehan dalam rumah tangga. Banyak dari mereka terkurung di rumah tanpa dukungan dari luar.

Kementerian Pembangunan Sosial Palestina mengatakan telah memberikan ratusan konseling dan layanan psikologis kepada ribuan wanita yang dilecehkan di wilayah Palestina.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women