SEBAGAI warga Indonesia yang cinta Tanah Air Udara yang memang sangat layak dicintai ini, saya selalu menyambut hari proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan penuh rasa syukur .
Bersyukur
Saya bersyukur bangsa Indonesia telah berhasil membangun negeri dari titik nol sehingga kini sudah termasuk ke dalam kelompok G-20 sebagai negara-negera terkemuka di planet bumi ini.
Saya bersyukur kini bangsa Indonesia dengan berpedoman Pancasila sedang giat membangun demi lebih menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang latar belakang suku, ras, etnis, agama, ekonomi dan politik.
Saya bersyukur karena kini Indonesia merupakan suri teladan bagi seluruh bangsa di dunia sebagai bangsa yang senantiasa berupaya menjunjung tinggi kerukunan umat beragama di mana yang mayoritas menghormati yang minoritas dan sebaliknya.
Dapat diyakini bahwa Bung Karno, Bung Hatta, Pak Dirman, Bung Syahrir, Pak Tjokroaminoto, Ki Hajar Dewantara, pak Habibie, Gus Dur dan para tokoh bangsa Indonesia di alam baka tersenyum bahagia melihat apa yang telah dicapai di dunia fana oleh bangsa, negara dan rakyat Indonesia selama 75 tahu merdeka.
Nikmat Kemerdekaan
Saya pribadi bersyukur-alhamdullilah bahwa saya telah dapat menikmati nikmatnya kemerdekaan Indonesia secara sosial, ekonomi, emosional mau pun spiritual.
Saya bersyukur dapat ikut menikmati nikmatnya kemerdekaan Indonesia di tengah suasana Bhinneka Tunggal Ika yang menghadirkan kemahakayarayaan keanekaragaman kebudayaan Indonesia nan tiada dua di planet bumi ini.
Saya bersyukur menyimak kenyataan bahwa Pancasila telah menjadi pedoman kehidupan bangsa Indonesia dalam bersama menempuh perjalanan perjuangan lahir-batin menuju masyarakat adil dan makmur di sebuah negeri gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja.
Keadilan Sosial
Namun saya belum dapat mensyukuri kenyataan bahwa sila pada urutan terakhir Pancasila yaitu Keadilan Untuk Seluruh Indonesia baru terwujud sebagai Keadilan Sosial Untuk Sebagian Kecil Rakyat Indonesia.
Belum seluruh rakyat Indonesia seberuntung saya yang telah menikmati nikmatnya kemerdekaan Indonesia. Masih banyak sesama warga Indonesia belum dapat ikut menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.
Masih banyak sesama warga Indonesia dikorbankan atas nama pembangunan yang seharusnya bukan menyesangsarakan namun menyejahterakan rakyat.
Pelanggaran hukum dan hak asasi manusia masih dilakukan justru terhadap rakyat yang tidak berdaya melawan. Hukum justru tajam ke bahwa sambil tumpul ke atas.
Pembangunan yang seharusnya berpedoman pada Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang telah disepakati para anggota PBB termasuk Indonesia sebagai pedoman pembangunan planet bumi abad XXI masih ada yang sengaja ditatalaksanakan secara tak segan mengorbankan alam dan rakyat.
Pelayanan kesehatan belum bisa dipersembahkan kepada rakyat secara adil dan merata. Masih banyak generasi muda tidak mampu melanjutkan pendidikan bukan akibat kurang cerdas namun sekedar akibat tidak mampu membayar uang seragam, uang gedung, uang buku, uang wisata berkedok studi atau membeli gawai untuk dapat mengikuti pendidikan secara on line.
Rintihan bahkan jeritan amanat penderitaan rakyat masih menggema di berbagai penjuru Nusantara setelah 75 tahun Indonesia merdeka.
Doa
Besar harapan kita semua bahwa target sasaran pembangunan Indonesia setelah 75 tahun merdeka akan difokuskan pada perjuangan bersama untuk secara gotong-royong konsekuen dan konsisten mewujudkan makna adiluhur yang terkandung di dalam sila terakhir Pancasila yaitu Keadilan Untuk Seluruh Rakyat Indonesia menjadi kenyataan.
Dengan penuh kerendahan hati saya ajak teman- teman sesama warga Indonesia yang berkenan diajak untuk memanjatkan doa memohon Yang Maha Kuasa berkenan melimpahkan anugrah Kekuatan Lahir dan Batin kepada bangsa Indonesia untuk membulatkan tekad bersama bergotong-royong, berjuang maju tak gentar membangun negeri tercinta kita nan indah permai ini untuk mewujudkan Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia agar seluruh rakyat Indonesia dapat menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia. Amin.
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
KOMENTAR ANDA