SITUS berita perempuan SalamIbu.Com telah diluncurkan, bersamaan dengan peringatan ulang tahun ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2020, persis pukul 17.08.45 WIB.
Penggagas dan pendiri SalamIbu, Sri Puguh Budi Utami, berharap media ini dapat memberikan andil besar dalam pembentukan karakter bangsa lewat upaya meneguhkan dan memperkuat peran perempuan yang ideal.
Dia mengatakan, pihaknya sengaja melakukan soft-launching bersamaan dengan HUT ke-75 Republik Indonesia dengan maksud untuk senantiasa mengambil hikmah dari perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa.
Utami juga bercita-cita agar SalamIbu bisa menjadi semacam “rumah cerdas” para perempuan yang dikelola para perempuan untuk dipersembahkan kepada Indonesia.
Berbagai kalangan perempuan menyambut hangat kehadiran situs berita ini. Umumnya mereka yang mengikuti peluncuran secara daring berharap SalamIbu dapat menjadi pilihan baru untuk memenuhi kebutuhan informasi kaum perempuan.
Salah seorang peserta yang hadir dalam peluncuran adalah Brigjen Polisi Ida Oetari Purnamasasi. Ia dikenal sebagai pemikir di Lembaga Diklat Polri. Menurutnya, SalamIbu bisa menjadi penuntun sekaligus menjadi tempat bertanya bagi kaum perempuan dalam berbagai hal.
“Pada sisi inilah SalamIbu bisa memberikan andilnya,” kata Ida Oetari.
Rekannya, AKBP Endang Titik S, menambahkan, SalamIbu dapat mengakomodasi kebutuhan para perempuan dengan menyuguhkan konten-konten bermutu. Dengan begitu, kata Endang, SalamIbu pada gilirannya bisa menginspirasi para perempuan untuk menjadi menjadi sosok hebat, kuat dan relijius.
Sambutan luas juga datang dari kalangan pendidik dan ibu rumah tangga. Anna Anita Widyarti, ibu rumah tangga yang melepaskan karier cemerlangnya di sebuah perusahaan energi, berharap SalamIbu mampu memberikan sajian yang menekankan keberadaan perempuan sebagai pendidik dan pembentuk karakter dalam rumah tangga.
“Misalnya, terus menulis dengan berbagai cara dan gaya penulisan tentang peran dan tanggung jawab ibu dalam pendidikan anak, terutama bagaimana ibu harus berkonstribusi, alih-alih menyerahkan tanggung jawab semata kepada pihak sekolah,” kata Anna.
Tettet Fitrijanti, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran, mengatakan, sebagai bagian dari kaum perempuan, dirinya memerlukan situs perempuan yang bisa memberi referensi akan berbagai hal. “Yang juga penting, ruang yang memuat bahasan tentang tokoh dan sejarah, agar kita semua dapat menjadikannya cermin dan sumber motivasi,” kata Tettet.
Ahli Bisnis dan Keuangan Islam dari UNPAD, Dian Masyita, mengakui, di era digital yang seharusnya memungkinkan orang lebih punya banyak pilihan berita dan konten positif, justru menemukan betapa media massa didominasi apa yang disebutnya “berita-berita receh”.
“Untuk itu, saya berharap SalamIbu bisa hadir dengan sesuatu “yang lain”. Membicarakan karier dan berkeluarga, itu hal menarik yang tidak akan habis dikupas,” kata perempuan peraih “Top 10 Most Influential Women in Islamic Business and Finance”, pilihan Cambridge IFA, di Dubai, Uni Emirat Arab, itu.
Sementara Fithriyah, pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, mengaku menyukai bila sebuah situs perempuan melakukan kajian agama tentang perempuan dan perannya di masyarakat. Persoalannya, kata Fithriyah, ia merasa situs-situs yang membicarakan agama tersebut kurang berimbang dan cenderung bias gender.
“Jadi, sebaiknya bila hal itu ada, harus dikembangkan persepsi yang adil dan berimbang dalam urusan gender, sesuai yang benar-benar diajarkan Islam dan Rasulullah SAW,” demikian katanya.
KOMENTAR ANDA