Peneliti di Inggris menunjukkan bahwa selama isolasi akibat pandemik ada peningkatan tajam dari gejala depresi/ Net
Peneliti di Inggris menunjukkan bahwa selama isolasi akibat pandemik ada peningkatan tajam dari gejala depresi/ Net
KOMENTAR

PANDEMIK virus corona telah memberikan pukulan besar bagi ekonomi di Inggris dan di seluruh dunia. Selain itu pandemik juga telah mengakibatkan jutaan orang mengisolasi diri dari teman dan keluarga untuk mengurangi risiko infeksi.  

Menurut sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti di Inggris menunjukkan bahwa selama isolasi akibat pandemik ada peningkatan tajam dari gejala depresi.

Sebuah survei terbaru yang dilakukan Kantor Statistik Nasional Inggris menunjukkan lonjakan tingkat depresi akibat pandemik virus corona mencapai 19,2 persen selama penguncian pada bulan Juni.

Data resmi itu menunjukkan hampir dua kali lebih banyak orang yang menunjukkan gejala depresi pada puncak penguncian di Inggris dibandingkan dengan jumlah sebelum pandemik. Dari kesemuanya ternyata kaum muda menjadi yang paling terpukul.

Angka bulan Juni hampir dua kali lipat dari angka yang dilaporkan antara Juli 2019 dan Maret 2020, ketika saat itu ada sekitar 9,7 persen orang yang mengeluhkan gejala depresi.

Dalam survey tersebut para peneliti menanyai kelompok yang sama yang berjumlah lebih dari 3.500 orang, berusia 16 tahun ke atas, sebelum dan setelah penguncian.

"Mengunjungi kembali kelompok tersebut memberikan wawasan unik tentang bagaimana gejala depresi mereka telah berubah dari waktu ke waktu," kata salah satu penulis penelitian, Tim Vizard, seperti dikutip dari DW, Rabu (19/8).

Vizard mencatat bahwa orang dewasa yang lebih muda, wanita, orang cacat dan orang-orang dengan masalah keuangan adalah yang paling mungkin mengalami beberapa bentuk depresi selama penguncian. Khususnya, peserta berusia 16-39 tahun paling mungkin terkena dampak, dengan hampir sepertiga melaporkan gejala depresi.

Namun, para peneliti menemukan bahwa semua kelompok umur lebih cenderung merasa tertekan saat berada dalam penguncian. Stres dan kecemasan adalah gejala yang paling sering dilaporkan, menurut penelitian tersebut. Hanya 3,5 persen penderita depresi yang melaporkan perbaikan selama lockdown.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan juga mencatat bahwa mungkin ada berbagai alasan untuk perubahan gejala depresi sebelum dan selama pandemik.

Mengomentari penelitian tersebut, profesor psikiatri King's College Simon Wessely mencatat bahwa survei tersebut diselesaikan sebelum beban terbesar resesi, "ketika kita dapat melihat hal-hal menjadi lebih buruk."

Pakar kesehatan mental Charley Baker, yang bekerja sebagai profesor di University of Nottingham, mengatakan bahwa hasil pemelitian tersebut "tidak mengejutkan".

"Mungkin kita - kita semua - perlu menjangkau untuk mendukung orang secara proaktif, daripada mengharapkan orang untuk menjangkau," katanya.

 




Fish Therapy untuk Melancarkan Aliran Darah dan Mengurangi Stres, Coba Yuk!

Sebelumnya

Murah dan Mudah, Ini Definisi “Makan Sehat” yang Harus Kamu Pahami dengan Benar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health