PANDEMIK virus corona atau Covid-19 menyebabkan sebagian masyarakat di Indonesia menghadapi masalah ekonomi. Hal tersebut berpotensi menyebabkan gangguan akses pangan pada keluarga di Indonesia.
Padahal, pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia.
Pada kenyataannya, sebelum adanya pandemik, merujuk pada Indeks Kelaparan Global 2019, Indonesia sendiri masih menghadapi masalah kelaparan yang serius.
Untuk diketahui, kondisi kelaparan terbagi menjadi dua kategori, yaitu kelaparan karena kemiskinan dan kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger). Menurut data terbaru dari Foodbank of Indonesia (FOI) 2020 ini, kelaparan karena kemiskinan menyebabkan sekitar 27 ribu anak ke sekolah dengan perut kosong, sedangkan kelaparan tersembunyi (hidden hunger) yaitu fenomena kekurangan vitamin dan mineral yang dapat berujung pada stunting.
Untuk mengatasi masalah tersebut, FOI membuat kampanye untuk memerdekakan balita dari kelaparan dalam gerakan yang disebut dengan "Aksi 1.000 Bunda untuk Indonesia".
Kampanye ini dibuat untuk mengajak para ibu Indonesia, kader, pakar dan akademisi untuk bergerak membuka akses pangan dan memerangi kelaparan pada balita di Indonesia. Gerakan ini diluncurkan dengan semangat nasionalisme di tengah nuansa Hari Perayaan Kemerdekaan Indonesia Ke-75 awal pekan ini.
Founder FOI, Hendro Utomo dalam keterangannya kepada redaksi (Rabu, 19/8), menjelaskan bahwa deklarasi gerakan tersebut dilakukan secara virtual dan diikuti oleh relawan Foodbank of Indonesia (FOI) serta sekitar 500 balita di 45 titik wilayah kerja FOI.
Peluncuran dan deklarasi tersebut juga dihadiri oleh Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N Rosalin dan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir Eni Hermayani, M.Sc.
Deklarasi aksi ini dilakukan secara simbolis di Pandeglang, Jakarta, dan Banyuwangi dengan tekad untuk membuka akses pangan dan memerangi kelaparan pada balita.
Hendro menjelaskan, kampanye ini menyasar 50 ribu anak di Indonesia dan akan berlangsung dari 15 Agustus hingga 22 Desember 2020.
"Dari hasil observasi lapangan, situasi pandemik ini semakin mempersulit balita memperoleh akses pangan yang layak. Banyak balita kita yang mengalami kelaparan, gizi kurang, bahkan stunting," jelasnya.
"Kita harus bergerak bersama untuk memerdekakan balita Indonesia dari rasa lapar, sehingga dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan baik, karena balita adalah generasi penerus bangsa," ungkap Hendro.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA, Lenny N. Rosalin mengungkapkan dukungannya atas kampanye tersebut.
"Saya mendukung upaya Foodbank of Indonesia untuk membantu masyarakat dalam mencari solusi melalui redistribusi makanan berlebih sebagai upaya untuk membuka akses pangan bagi kelompok rentan, termasuk balita," jelasnya.
"Kerjasama antar lembaga sangat penting untuk memastikan konvergensi seluruh program/kegiatan terkait pencegahan stunting, utamanya untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan atau 1.000 hari pertama kehidupan," jelas Lenny.
KOMENTAR ANDA