Sebuah universitas di Jerman menawarkan Rp 27 juta bagi mereka yang mau untuk tidak melakukan apa-apa/Net
Sebuah universitas di Jerman menawarkan Rp 27 juta bagi mereka yang mau untuk tidak melakukan apa-apa/Net
KOMENTAR

MIMPI kaum rebahan atau mereka yang pemalas untuk mendapatkan uang tanpa melakukan apapun agaknya bisa menjadi nyata.

University of Fine Arts di Hamburg, Jerman baru-baru ini mengiklankan tiga 'beasiswa' atau tawaran hadiah untuk pemalas. Warga di seluruh Jerman bisa mengajukan diri sebagai pelamar untuk mendapatkan hadiah tersebut.

Apa maksudnya?

Tawaran ini sebenarnya merupakan bagian dari proyek atau rangka penelitian pihak universitas yang mengangkat tema besar soal keberlanjutan.

Mereka membutuhkan tiga orang untuk melakukan bentuk kemalasan atau tidak melakukan apapun. Para pelamar bisa memilih bentuk kemalasan mereka sendiri, salah satunya adalah rebahan.

Tiga orang tersebut akan diberikan hadiah masing-masing sebesar 1.600 euro atau setara dengan sekitar Rp 27 juta.

Tawaran ini terbuka bagi seluruh warga Jerman. Para pelamar dapat mengirimkan penawaran anonim mereka hingga 15 September. Mereka hanya butuh untuk meyakinkan panel juri bahwa area "kemalasan" yang mereka pilih sangat mengesankan atau relevan.

Panel juri dan pihak universitas akan memilih tiga orang yang mengajukan tiga bentuk kemalasan atau ketidakaktifan yang menarik.

Sementara itu, formulir pendaftarannya sendiri hanya terdiri dari empat pertanyaan, yakni:

1. Apa yang tidak ingin Anda lakukan?

2. Berapa lama Anda tidak ingin melakukannya?

3. Mengapa penting untuk tidak melakukan hal ini secara khusus?

4. Mengapa Anda orang yang tepat untuk tidak melakukannya?

Jika dilihat sepintas, tawaran ini agaknya mudah dan menggiurkan banyak pihak. Namun sebenarnya, tidak melakukan apa-apa bukan merupakan hal yang mudah.

"Tidak melakukan apa-apa tidaklah mudah," kata seorang arsitek dan ahli teori desain yang datang dengan ide penelitian tersebut, Friedrich von Borries.

"Kami ingin fokus pada ketidakaktifan aktif. Jika Anda mengatakan Anda tidak akan pindah selama seminggu, itu mengesankan. Jika Anda melamar Anda tidak akan bergerak atau berpikir, itu mungkin lebih baik," sambungnya, seperti dikabarkan The Guardian.

Ide di balik proyek ini muncul dari diskusi tentang kontradiksi masyarakat yang mempromosikan keberlanjutan sekaligus menghargai kesuksesan.

"Program beasiswa ini bukan lelucon, tetapi eksperimen dengan niat serius, bagaimana Anda bisa mengubah masyarakat yang terstruktur berdasarkan pencapaian dan pencapaian di kepalanya?" ujarnya.

Pohak universitas akan membagikan hadiah itu setelah penyampaian "laporan pengalaman" pada pertengahan Januari 2021.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News