Kita belajar memperbaiki kesalahan dan kembali bangkit mengejar mimpi. Kita belajar untuk tidak mudah menyerah dan belajar untuk memanfaatkan setiap kesempatan/ F
Kita belajar memperbaiki kesalahan dan kembali bangkit mengejar mimpi. Kita belajar untuk tidak mudah menyerah dan belajar untuk memanfaatkan setiap kesempatan/ F
KOMENTAR

MIMPI adalah sebuah privasi yang tak terjamah orang lain. Bahkan Covid-19 sekali pun tidak akan mampu merampas impian seseorang. Mimpi adalah awal dari langkah berani. Mimpi adalah sesuatu yang menyemangati hidup. Dan semua orang bebas bermimpi. Termasuk kita, perempuan.

Tanpa mimpi, apalah arti perjalanan panjang hidup kita. Tidak ada goal yang dituju. Semua pengusaha sukses dan motivator tak bosan menyuruh kita untuk bermimpi. Karena dari mimpilah semua berawal.

Mungkin banyak dari kita berpikir, apakah masih pantas perempuan yang berusia jauh di atas seperempat abad untuk bermimpi tentang masa depan? Bukankah mimpi hanya untuk anak-anak muda; mereka yang baru tamat SMA atau menjelang lulus kuliah? Ketika sudah menjadi ibu dengan 2 atau 3 anak, apalagi yang bisa kita impikan?

Banyak dari kita memilih filosofi “let it flow” menjalani hidup. Biarkan mengalir mengikuti apa yang digariskan Allah. Tak perlu bersusah payah bermimpi karena bermimpi berarti memasang target yang membutuhkan perjuangan keras, fokus, dan kehilangan waktu menikmati hidup. Tak perlulah ngoyo, ujar kita membatin.

Karena itu ada orang yang ‘tidak berubah’ selama puluhan tahun. Sikap yang sama, pekerjaan yang sama, alur kehidupan yang sama. Sebagian orang menyebutnya monoton. Tapi bagi orang yang menjalaninya, itu adalah pilihan aman yang menyenangkan.

Namun pernahkah kita menyadari bahwa tanpa mimpi, kita tak akan bisa menjadi “lebih” dari diri kita sekarang? Mimpilah yang melecut diri kita untuk keluar dari zona nyaman, mempelajari kehidupan dalam sudut pandang yang lebih luas, dan mempersiapkan diri menaklukkan berbagai tantangan.

Mimpi haruslah dari hati, bukan dari emosi. Dengan begitu, mimpi kita bukan semata keinginan untuk membuktikan kehebatan diri melainkan keinginan untuk menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih sejahtera. Demi kebaikan yang lebih besar dan menyangkut lebih dari diri kita sendiri.

Ketika kita membangun mimpi dari hati, kita tulus menjalaninya. Kita menyadari bahwa mengejar impian bukanlah perkara mudah. Penuh peluh dan air mata. Maka kita sebisa mungkin berusaha tidak mengeluh.

Ketika mimpi datang dari hati, kegagalan yang menghadang menjadi keberuntungan. Kita beruntung bisa gagal karena dari sanalah kita mendapat hikmah. Kita belajar memperbaiki kesalahan dan kembali bangkit mengejar mimpi. Kita belajar untuk tidak mudah menyerah dan belajar untuk memanfaatkan setiap kesempatan.

World Economic Forum pernah menulis lima efek pandemi yang dirasakan perempuan, yaitu meningkatnya kasus kekerasan domestik rumah tangga, risiko tinggi garda depan penanggulangan Covid-19 yaitu para pekerja medis dan aktivis kemanusiaan yang lebih dari 70% nya adalah perempuan, para lanjut usia yang menjadi generasi rentan Covid-19 terdiri dari lebih banyak perempuan, serta rentannya perempuan kehilangan pekerjaan karena posisi yang lebih lemah dari laki-laki.

Melihat begitu terdampaknya kehidupan perempuan saat ini, masih bisakah kita merajut asa dengan bermimpi?

Tentu saja kita selalu bisa bermimpi. Ada banyak contoh perempuan yang konsisten dan disiplin mengejar mimpinya tanpa berlarut-larut menangisi beratnya kehidupan. Meski langkah terasa berat, mereka terus mengejar mimpi.
 
Kita bersyukur hidup di era yang mengizinkan perempuan menuntut ilmu dan berkarir profesional. Ketika kita sudah berjuang menjadi istri dan ibu yang baik, kita dapat menjejakkan langkah kebaikan kita di masyarakat. Tak ada penghalang untuk kita bermimpi, baik untuk kebaikan diri sendiri maupun tentang peran kita di keluarga dan lingkungan.

Karena itulah, setiap sosok perempuan inspiratif pasti menjalani hidupnya dengan penuh keyakinan, bertekad baja, jujur, penuh semangat, tak lelah berdoa, percaya diri, juga pantang menyerah. Semua ‘amunisi’ itu dibutuhkan untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Jadi, ya… tak ada alasan untuk tidak bermimpi.

Masih ragukah kita untuk bermimpi?

Mimpi tak melulu tentang kesuksesan yang megah. Mimpi tak mesti mewah. Kita bisa memulai dari mimpi yang sederhana untuk mengukur kemampuan diri. Meski ada juga orang sukses yang mengatakan dream big! agar kita tidak membuang waktu percuma dan meloncat tinggi untuk meraih kesuksesan gemilang.

Megah atau sederhana, tinggi atau rendah, kecil atau besar, semua tetap harus dimulai dari mimpi. Mari bermimpi dan mengejarnya. Biarkan anak cucu kita menyaksikan dan meresapi perjuangan kita lalu meneruskannya di masa depan.

 




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women