HAPPY tummy, happy soul. Begitu salah satu kata-kata bijak yang banyak digunakan jika terkait dengan makanan. Bukan tanpa alasan, pasalnya makanan yang baik dan lezat bisa meningkatkan daya tahan tubuh serta melepas hormon bahagia pada tubuh.
Karena itulah tidak salah jika Indonesia mendorong ekspor makanan UKM tanah air dalam upaya promosi Indonesia demi mempercepat pemulihan ekonomi nasional pasca Covid-19.
Langkah tersebut pun dilakukan oleh KJRI Houston. Bekerjasama dengan Indonesia American Chamber of Commerce-SCU, Sekolah Ekspor dan Kementerian Luar Negeri, KJRI Houston memanfaatkan teknologi informasi dalam mendorong ekspor makanan produk UKM Indonesia ke Amerika Serikat melalui webinar "Exporting Consumer Product to USA".
Webinar itu digelar sebagai bagian dari upaya untuk membuka wawasan sekaligus menjawab kendala yang dihadapi eksportir UKM. Dalam kesempatan tersebut, ikut hadir sebagai pembicara webinar Cynthia Ford, Michael Valenzuela dan John Sproul dari Food and Drug Administration, Amerika Serikat.
Untuk diketahui bahwa FDA adalah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang mengatur perizinan impor produk makanan minuman, obat, medis, produk elektornik beradiasi, kosmetik, produk untuk hewan, dan tembakau.
"Dari sepuluh produk utama Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat tahun 2020 (sampai dengan bulan Juni), baru dua produk terkait makanan yang masuk yaitu produk seafood dan makanan olahan. Nilai kedua produk itu mencapai 898,5 juta dolar AS. Masih ada ruang yang dapat dimanfaatkan eksportir UKM Indonesia untuk masuk ke pasar Amerika Serikat," ujar Konjen RI Houston, Dr. Nana Yuliana dalam keterangan yang diterima redaksi Farah.id (Jumat, 28/8).
Pada kesempatan yang sama, Ketua IACC-SCU, Bimo Hadiputro menambahkan momentumnya tepat karena tren konsumsi produk makanan terus positif di Amerika Serikat dalam situasi pandemic Covid-19.
"Survey dari International Food Information Council menunjukan jika dikarenakan pandemi ini lebih banyak warga Amerika yang masak di rumah, lebih banyak remaja mengkonsumsi camilan, dan konsumen usia 50 tahun ke atas lebih memilih healthy food," jelasnya.
Kegiatan itu ikut dihadiri oleh 218 peserta yang mayoritas adalah pelaku UKM Indonesia. Mereka mendapatkan wawasan mengenai kewenangan FDA Amerika Serikat dalam mekanisme impor dari FDA.
"Tujuan utama FDA untuk memberikan perlindungan pada kesehatan publik dengan menjamin keamanan peredaran produk konsumsi di Amerika Serikat, karenanya cukup luas cakupan FDA dalam mewujudkan tujuan itu," papar Cynthia Ford.
"Sebagai upaya FDA memberikan penjelasan sebaik mungkin, semua detil tentang prosedur dan cara kerja FDA serta informasi terkait lainnya disediakan sebanyak mungkin melalui situs resmi www.fda.gov," tambahnya.
Peserta webinar memiliki harapan besar untuk dapat masuk ke pangsa pasar Amerika Serikat, namun demikian cukup khawatir dengan persyaratan-persyaratan FDA yang dianggap cukup rumit oleh sebagian besar eksportir UKM Indonesia.
Kendala utama eksportir UKM Indonesia produk makanan untuk memasuki pangsa pasar Amerika Serikat antara lain pemahaman prosedur FDA, penguasaan bahasa, dan tata cara merespon jika ada masalah. FDA bahkan memberikan tips untuk menggunakan jasa broker impor yang akan memudahkan urusan administrasi yang diakui memang banyak.
Meskipun FDA memberikan rekomendasi broker impor yang dapat dihubungi, eksportir dapat memilih sendiri broker impor mereka. Menurut pandangan FDA, peran broker akan signifikan karena terkadang sebuah produk makanan melibatkan banyak otoritas terkait di Amerika Serikat selain FDA, dan broker impor berlisensi akan menyelesaikan kewajiban administrasi itu.
Konjen RI Houston menghimbau kepada eksportir UKM untuk jangan sungkan melakukan komunikasi awal dengan KJRI atau IACC-SCU dalam memahami prosedur FDA ini. Melalui website FDA, cukup banyak informasi penting yang dapat membuka wawasan eksportir UKM untuk masuk ke pangsa pasar Amerika Serikat.
KOMENTAR ANDA