Foto women strike day tahun 1970:
Warren K. Leffler—U.S. News & World Report Magazine/ Library of Congress, Washington, D.C. (digital. id. ppmsca 03425)
Foto women strike day tahun 1970: Warren K. Leffler—U.S. News & World Report Magazine/ Library of Congress, Washington, D.C. (digital. id. ppmsca 03425)
KOMENTAR

“THERE is always a need for change, for betterment, and for history to be made”. Itulah makna dari tanggal 26 Agustus yang diperingati sebagai National Women’s Equality Day di Amerika Serikat sejak disahkan Kongres pada tahun 1971.

Setahun sebelumnya, seperti dilansir Britannica, pada 26 Agustus 1970 berlangsung Women’s Strike Day. Pada hari itu, perempuan Amerika berunjuk rasa menuntut persamaan hak dalam bidang pekerjaan dan pendidikan juga klinik kesehatan anak yang bisa diakses 24 jam.

Lebih dari 100 ribu perempuan turun ke jalan di lebih dari 90 kota besar. Beberapa demonstran menggantung spanduk raksasa di patung Liberty. Ada pula yang mencari perhatian dengan merangsek masuk bursa efek untuk menghentikan layar pergerakan saham.

Di kota New York, lebih dari 50 ribu demonstran perempuan memadati Fifth Avenue. Mereka membawa spanduk-spanduk bertuliskan kalimat pembakar semangat seperti “Women Demand Equality” juga “GWU Women Liberation”. Tokoh-tokoh pergerakan perempuan pada masa itu di antaranya Betty Friedan, Gloria Steinem, dan Bella Abzug tampak di tengah para demonstran.

Unjuk rasa itu merupakan satu sikap perempuan Amerika yang menuntut pelaksanaan Amandemen-19 dari Konstitusi Amerika Serikat. Amandemen yang diperkenalkan pertama kali pada 1878 dan ditandatangani tahun 1920. Amandemen tersebut berisi jaminan kepada setiap warga negara untuk memiliki hak pilih tanpa membedakan jenis kelamin. Itulah titik awal perjuangan perempuan Amerika menuju persamaan hak di segala bidang.

Setiap tahun, Presiden Amerika Serikat menulis proklamasi—sebuah pernyataan resmi—menyambut Women’s Equality Day. Tahun ini, Donald J. Trump membuka proklamasinya dengan menulis permohonan maaf tentang Susan B. Anthony, salah satu pemimpin gerakan perempuan yang dihukum secara tidak adil karena menggunakan hak pilihnya.

Menurut Trump, Amerika akan selalu mengenang sosok-sosok seperti Susan yang bekerja tanpa lelah mengupayakan Amerika yang lebih adil dan membuktikan bahwa perempuan mampu berkontribusi bagi masyarakat dan memperkuat bangsa.

Dikutip dari whitehouse.gov, Trump juga menulis “On Women’s Equality Day, we honor all of the women who inspire and improve our Nation. Their talent and hard work strengthen our economy, our families, and our communities, and sustain our unique American way of life.”

Banyak perempuan Amerika sudah berhasil membuktikan diri mereka layak berdiri sejajar dengan para laki-laki dalam berbagai profesi. Meski demikian, perjuangan perempuan masih panjang. Salah satunya, yang hingga kini masih disuarakan jutaan orang: menuntut keadilan untuk Breonna Taylor.

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Isyana Bagoes Oka, Jurnalis yang Kini Jadi Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Sebelumnya

Ni Luh Puspa, Perempuan Asal Bali yang Mengemban Tugas Sebagai Wakil Menteri Pariwisata

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women