Dengan attitude yang baik, kita bisa bersinar. Kita akan menjadi seseorang yang dibutuhkan karena kepribadian kita, bukan semata karena keahlian atau kepintaran kita/ Net
Dengan attitude yang baik, kita bisa bersinar. Kita akan menjadi seseorang yang dibutuhkan karena kepribadian kita, bukan semata karena keahlian atau kepintaran kita/ Net
KOMENTAR

BUKAN menjadi super cantik dan langsing yang menjadi rahasia perempuan untuk bisa berdiri tegak, meraih prestasi, dan bersinar.

Rahasianya adalah kepribadian yang identik dengan positive attitude. Dengan attitude yang baik, kita bisa bersinar. Kita akan menjadi seseorang yang dibutuhkan karena kepribadian kita, bukan semata karena keahlian atau kepintaran kita.

Terlebih lagi dalam urusan pemberdayaan perempuan dan perjuangan perempuan meraih cita-cita. Kita harus memiliki karakter yang kuat agar tidak mudah kalah di medan perang atau bahkan kalah sebelum berperang. Dalam kehidupan ini, kita bisa menjadi kuat manakala mampu menghadapi berbagai rintangan hidup, baik dari orang lain maupun dari kondisi yang tidak ideal.

Apa saja yang harus kita miliki untuk bersinar? Dikutip dari Darling Magz, inilah tiga attitude yang wajib melekat dalam diri setiap perempuan pejuang.

Pertama: mengakui ketidaksempurnaan hidup tanpa kehilangan harapan. Ya, kita tahu bahwa manusia dapat merasakan kekecewaan dalam hidup. Kita juga tahu bahwa karena tidak ada yang sempurna di dunia ini, maka kita harus mampu menerima perbedaan, kegagalan, dan ketidakidealan lainnya.

Kita menerima bahwa kekecewaan adalah bagian dari perjalanan hidup dan kegetiran adalah jalan untuk mendewasakan. Dengan begitu, kita tidak mudah terpuruk dan bisa secepatnya mencari jalan keluar ketika menghadapi masalah.

Kedua: memahami bahwa berani bersuara tidak membuat kita terlihat buruk. Menjadi orang yang speak up bukan berarti kita memicu konflik. Kita harus sadar bahwa no wrong is ever made right with silence. Karena itulah kita tidak boleh diam jika kita merasakan ketidakadilan.

Ada perempuan yang harus kehilangan nyawa saat memperjuangkan keadilan untuk dirinya. Dan nyawa yang melayang itu tidak sia-sia karena menjadi satu awal untuk hari esok yang lebih bermartabat. Mungkin bukan untuk kita tapi untuk generasi mendatang, untuk anak cucu kita.

Ketiga: menunjukkan empati kepada mereka yang berseberangan dengan kita. Dalam memandang suatu hal atau memerjuangkan suatu kebaikan, akan ada orang yang berbeda pendapat dengan kita. Akan ada orang yang mengambil posisi berlawanan dengan kita. Dan kita harus berbesar hati menerima kenyataan tersebut.

Yang harus menjadi fokus kita adalah kebenaran yang ingin kita sampaikan. Bukan ‘membidik’ mereka yang berseberangan dengan kita. Bukan dengan sengaja memancing kemarahan lawan. Karena jika fokus kita bergeser dari “apa” kepada “siapa” maka perjuangan kita sudah melenceng.

Untuk apa membuang energi untuk mengurusi ketidaksetujuan orang? Bukankah sudah hukum alam bahwa tindakan seseorang pasti melibatkan orang yang pro dan orang yang kontra? Maka kita tak perlu memusingkan kata netizen atau perlakuan orang yang memilih jalan berbeda dari kita. Yang harus kita lakukan adalah berempati pada keputusan yang mereka buat.

 




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women