KOMENTAR

IDEALISME  adalah pegangan kita dalam hidup ini. Dengan idealisme, semangat tumbuh. Saat menjadi mahasiswa, saat memilih jodoh untuk menikah, saat memilih profesi dalam berkarir. Semua yang kita lakukan berlandaskan idealisme.

Banyak dari kita mengira bahwa hal-hal ideal adalah anugerah yang turun dari langit. Bisa hadir dalam sekejap. Padahal idealisme bermakna perjuangan.

Ada yang harus diperjuangkan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang ideal. Jika tidak, maka idealisme hanya akan menjadi angan-angan semu. Apalagi jika idealisme kita nyaris mendekati kesempurnaan—yang notabene tidak akan kita temukan di dunia ini.

Misalkan kita menginginkan kehidupan pernikahan yang ideal dengan pasangan yang ideal. Tapi kita hanya mengimpikannya dan tak kunjung mewujudkannya dalam realitas.

Kita enggan mengurus rumah dengan baik, kita malas berdandan untuk suami, dan kita sering memarahi anak setiap mereka melakukan kesalahan kecil. Kita berharap suami menerima diri kita apa adanya dan selalu mengeluh bila suami tak sesuai sosok suami ideal dalam bayangan kita.

Bisakah pernikahan kita menjadi ideal? Tentu tidak. Yang ada, pikiran kita hanya dipenuhi angan-angan. Dan hari-hari kita dipenuhi dengan lamunan juga kata-kata “seandainya saja…”

Atau, idealisme kita dalam urusan kantor misalnya menjadi manajer. Tapi boro-boro dipromosikan, angka key performance indicator (KPI) kita cenderung rata-rata, tidak berbeda dari rekan-rekan kerja yang lain.

Kita bekerja sesuai job desc, tidak mau menambah pengetahuan dan keterampilan dengan mengikuti workshop yang menunjang tugas kita. Kita pasif di ruang rapat, tidak memberikan masukan untuk kemajuan departemen kita. Atau, kita kesulitan untuk bekerja sama padahal itulah poin utama dalam sebuah tim. Jika itu yang terjadi, menjadi manajer hanyalah angan-angan semu.

Tak jarang kita menjadi mudah merasa kecewa, kita mudah menyalahkan orang lain atas idealisme kita yang menguap, hingga akhirnya menjadi kufur nikmat. Naudzubillah.

Namun jika idealisme kita wujudkan dengan do our best dalam setiap langkah hidup kita, maka jalan itu insya Allah menjadi jihad kita. Diri kita akan menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.

Allah Swt. berfirman, “Pahala dari Allah itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi balasan dengan kejahatan itu dan dia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.” (QS. An Nisa: 123)

Tak ada kebaikan menghampiri kita jika kita tidak mendekatinya. Saat memerjuangkan idealisme, kita juga tak boleh gelap mata. Kita harus menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.

Ketika kita mendapati kelebihan dalam diri orang lain mestilah kita syukuri. Sedangkan kekurangan orang lain sejatinya menjadi ladang amal kita untuk menjadikannya lebih baik. Termasuk dalam hal ini, pasangan kita, rekan kerja kita, atau sahabat kita.

Mari menyadarkan diri agar tidak terlelap dalam angan-angan. Sebelum terlambat. Sebelum roh berpisah dari raga.

 




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women