JEPANG tidak main-main dalam memandang masalah kesehatan psikologis. Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan akan menggelar survei tentang dampak psikologis dari keguguran dan kondisi bayi yang lahir dalam keadaan meninggal.
Langkah tersebut merupakan bagian dari program pertama kementerian untuk mendukung wanita yang mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang lahir mati setelah 12 minggu kehamilan.
Menurut para pejabat, kuesioner akan dikirim ke semua 47 pemerintah prefektur dan kotamadya di negeri sakura dalam tahun fiskal 2020. Survei ini juga dilakukan dengan bekerjasama dengan perusahaan survei sektor swasta.
Melalui survei tersebut, kementerian bertujuan untuk memahami upaya pemerintah daerah untuk mendukung perempuan yang tidak dapat melahirkan secara hidup, masalah yang menjadi dasar perempuan tersebut untuk meminta nasihat dan tantangan yang dihadapi pihak berwenang.
Selain itu, kelompok studi yang terdiri dari pakar kebidanan dan konselor kehamilan dari pemerintah daerah akan dibentuk paling cepat bulan depan. Kelompok tersebut akan diminta untuk meneliti hasil survei dan menyusun pedoman pada akhir tahun anggaran berjalan untuk otoritas lokal tentang bagaimana memperlakukan secara psikologis perempuan tersebut.
Data kementerian menunjukkan bahwa pada 2018 sekitar 20 ribu wanita di seluruh negeri kehilangan bayinya akibat keguguran atau melahirkan bayi dalam kondisi meninggal setelah 12 minggu pertama kehamilan.
Keguguran dan bayi lahir meninggal diyakini tidak hanya menyebabkan beban fisik tetapi juga kerusakan psikologis yang sering berlangsung selama beberapa tahun, dengan beberapa ahli menyarankan wanita yang terkena dapat rentan terhadap depresi dan gangguan stres pasca trauma.
Tetapi tidak mudah bagi orang lain untuk mengenali masalah tersebut, karena beberapa wanita tidak dapat membuka tentang pengalaman mereka dengan keguguran atau bayi lahir meninggal.
Dikabarkan Japan Times awal pekan ini, pemerintah daerah di Jepang sebenarnya telah memberikan bantuan terkait kehamilan bagi perempuan termasuk mereka yang mengalami infertilitas. Tetapi kerusakan psikologis akibat keguguran dan lahir meninggal berada di luar jangkauan bantuan mereka.
KOMENTAR ANDA