“Pandemi jangan dipandang sebagai masalah yang menambah beban seorang ibu.”
Itulah ungkapan yang disuarakan Septi Peni Wulandani, founder Ibu Profesional, sebuah komunitas parenting bagi ibu dan calon ibu dengan jumlah anggota lebih dari 21 ribu yang tersebar di seluruh nusantara dan lebih dari 10 negara di dunia, saat hadir sebagai narasumber Zoomtalk Farah.id, Senin 31 Agustus 2020.
Ibu Septi, biasa beliau disapa, meminta para ibu untuk tidak menjadikan pandemi sebagai tambahan beban melainkan kesempatan untuk kembali ke fitrah perempuan.
“Sebenarnya sudah sejak lama seorang ibu akrab dengan kehidupan work from home hanya saja tidak semua ibu menjalankannya secara mindful. Karena itulah ketika pandemi datang, ibu seolah memulainya dari nol,” ujar Ibu Septi.
Saat pandemi datang, yang pertama kali seorang ibu rasakan adalah kekhawatiran tentang kesehatan anak-anaknya, kesehatannya pribadi maupun pasangan. Namun ternyata kekhawatiran para ibu tidak berhenti sampai di situ.
Ada ‘penyakit turunan’ lain berupa penyempitan saluran ekonomi dan peradangan sosial—contohnya anak-anak yang terakses internet dan yang tidak, serta jurang antara ibu yang melek teknologi dengan yang tidak. Perbedaannya terpampang nyata selama pandemi. Banyak ibu mengaku stres selama berada di rumah sepanjang pandemi.
Bagaimana agar kita mampu menjadi ibu profesional di masa sulit ini?
Ubah Mindset, Hadirkan Optimisme
Yang harus dilakukan para ibu pertama kali adalah mengubah mindset bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah peluang dan tantangan. Tidak ada yang namanya masalah. Dengan mindset baru tersebut, kita akan menjadi pribadi optimis.
Selanjutnya, setelah pandemi menjadi peluang dan tatnangan, para ibu dapat menghadirkan mindset baru tentang kebahagiaan. Kita kerap kali mengidentikkan kebahagiaan dengan mendapatkan semua yang kita inginkan. Padahal, kebahagiaan sejatinya adalah bagaimana kita menghadapi segala kondisi dalam hidup ini dengan pola pikir positif.
Artinya, ketika kita mampu merespons ketidakidealan yang kita temui dengan sikap terbaik, kebahagiaan itu pasti hadir. Tidak peduli berapa besar pendapatan yang berkurang selama pandemi dan tidak peduli berapa banyak tugas anak yang harus dikerjakan dari rumah. Kita optimis menjadi sukses setiap hari.
Good Management Untuk Keluarga Mandiri
Yang ketiga, para ibu harus mampu menjadi manajer yang baik bagi segenap anggota rumah tangga. “Ibu adalah manajer yang harus menjadikan seisi rumah menjadi pribadi mandiri,” ujar Ibu Septi.
Termasuk juga bagaimana mengaplikasikan manajemen waktu yang adaptif di masa pandemi. Para ibu tidak boleh mengorbankan diri dengan mengerjakan semuanya sendiri hingga mudah kelelahan dan emosi pun mudah memuncak. Bukankah semua anggota keluarga berada di rumah?
Para ibu bisa mengajak suami dan anak-anak berdiskusi. Ajaklah mereka untuk berkontribusi untuk kenyamanan rumah selama WFH dan LFH. Tantang anak-anak untuk bertanggung jawab dalam urusan rumah walaupun dalam skala kecil.
Contohnya si kakak yang mulai hobi masak, bisa membuat kreasi sarapan untuk seluruh keluarga 5 hari dalam seminggu. Atau si abang, punya tugas baru mengelap meja dan kursi di rumah agar bersih setiap hari. Tambahan tanggung jawab itu tidak melepaskan kewajiban pribadi seperti merapikan tempat tidur, menyikat gigi sebelum tidur, juga merapikan mainan setelah selesai bermain.
Ibu Bahagia di Segala Kondisi
Saat ibu merasa mudah stres, kerepotan, dan sulit tersenyum, itu artinya ibu mulai jenuh. Ibu Septi menekankan pentingnya membagi waktu sebaik-baiknya agar kita tidak kehilangan waktu melakukan kegiatan yang membuat kita senang (me time).
Jika menonton membuat kita tertawa dan senang, sediakan waktu untuk menonton. Jika memelajari hal baru membuat kita bersemangat, sediakan waktu untuk membuka buku atau menjelajahi internet untuk menambah wawasan kita.
Ibu juga harus memotivasi diri untuk meraih kesuksesan setiap hari. Tak perlu terlalu memaksakan diri, cukup dengan satu atau dua target yang ingin dicapai dalam satu hari. Ketika kita berhasil menyelesaikan target tersebut, berilah reward pada diri sendiri—setidaknya dengan melakukan hal yang kita sukai dan menjadi lebih percaya diri menghadapi hari esok.
Satu hal lagi yang tak kalah penting adalah para ibu harus menjadi perempuan merdeka, yaitu perempuan yang mampu menciptakan kebahagiaannya sendiri hingga kemudian dapat menularkan kebahagiaannya ke seluruh penghuni rumah. Seorang ibu merdeka juga dapat menentukan kebahagiaan anak-anaknya. “Yakinlah bahwa seorang ibu harus bisa bahagia dalam kondisi apa pun dalam hidupnya,” tegas Ibu Septi.
Dengan berbagai pengetahuan dan wawasan seputar parenting yang sudah kita dapatkan selama ini, pandemi adalah kesempatan emas untuk bisa membuktikan apakah kita mampu menjadi ibu profesional atau tidak.
Terlebih lagi bagi para ibu yang selama ini sudah terjun di ranah publik dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah, pandemi memang menjadi tantangan tersendiri yang harus bisa ditaklukkan. Pandai-pandailah mengelola kejenuhan dengan menciptakan fun time bersama anak-anak.
Demikian pula bagi para stay at home moms, kehadiran suami dan anak dari pagi hingga sore hari di rumah, jangan sampai menambah beban pikiran dan pekerjaan rumah hingga menyulitkan kita menghadirkan makna bagi diri sendiri. Pribadi kita harus terus berkembang agar kita pun kian piawai menjalankan peran sebagai istri dan ibu.
Mari bersyukur dan tak lelah berusaha menjadi profesional. Pandemi insya Allah menjadi jihad ibu.
KOMENTAR ANDA