YOU are what you wear. Frasa itu umum digunakan untuk mengaitkan hubungan antara penampilan dan kepribadian diri seseorang. Pasalnya, apa yang dikenakan oleh seseorang bisa jadi merupakan cerminan dari karakter atau prinsip orang terasebut. Termasuk dalam pemilihan alas kaki sebagai penunjang penampilan.
Salah satu alas kaki yang populer di kalangan masyarakat adalah jenis sandal jepit. alas kaki ini biasa digunakan di pantai, saat berlibur atau saat momen santai. Namun di pasaran, banyak sandal jepit yang dibuat dengan bahan plastik yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya, sandal jepit plastik itu akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan, terutama kehidupan laut.
Berangkat dari kekhawatiran tersebut, para peneliti di University of California San Diego telah mengembangkan sandal jepit yang terbuat dari bahan poliuretan berbasis alga untuk membantu memerangi polusi plastik di seluruh dunia.
Tim peneliti yang bekerja di California Center for Algae Biotechnology, menggunakan kimia dan biologi untuk mengubah alga menjadi polimer terbarukan yang dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk yang dapat terurai secara hayati, salah satunya sandal jepit.
Para peneliti berharap bahwa sandal jepit ramah lingkungan buatan mereka bisa menarik perhatian publik demi menekan polusi plastik yang meluas secara global.
Profesor biokimia di Universsitu of California Mike Burkart mengatakan bahwa sabagai salah satu alas kaki paling populer di seluruh dunia, sandal jepit plastik bertanggung jawab atas sebagian besar polusi yang terjadi di bumi.
"Sudah jelas bahwa dunia memiliki masalah plastik besar yang mencemari planet, sekarang lebih dari sebelumnya," kata Burkart.
"Kita perlu mengubah kebiasaan kita dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk mengurangi penggunaan plastik dalam hidup kita," katanya.
"Tapi plastik adalah bahan yang sangat berguna di sekitar kita, jadi kita harus sampai pada titik di mana ketika seseorang membeli suatu produk, mereka bersikeras bahwa itu dapat terurai secara hayati," jelas Burkart.
Dia menjelaskan bahwa sandal jepit ramah lingkungan yang diproduksi oleh timnya dimulai dengan menumbuhkan ganggang di kolam, kemudian memisahkannya dari air untuk membuat pasta kental.
Selanjutnya, para peneliti mengekstrak semua lipid, atau lemak, dari alga dan menjalankannya melalui berbagai langkah kimia untuk memecahnya menjadi potongan-potongan kecil yang digunakan untuk membuat polimer. Terakhir, polimer dituang ke dalam cetakan sepatu.
Setelah melakukan ratusan percobaan, para peneliti pun berhasil menciptakan busa poliuretan yang terdiri dari 52 persen biokonten dan 48 persen minyak bumi.
Dalam lima tahun, mereka berharap bisa membuat produk yang 100 persem menggunakan bahan terbarukan.
"Untuk saat ini, ini sebaik yang akan Anda temukan di mana pun. Tidak ada yang mampu mencapai pembaruan sebanyak itu," kata Burkart.
"Meskipun kami tidak ingin orang membuang sandal jepit ini di sungai atau lautan kami ketika selesai, jika mereka melakukannya mereka akan terurai secara alami dan benar-benar membusuk dalam waktu sekitar 18 minggu dalam kondisi yang tepat, jadi baik dalam kompos atau di tanah," tandasnya, seperti dikabarkan CNN.
KOMENTAR ANDA