MENURUT kisah yang dituturkan dua Tokoh Nasional: Bapak Jusuf Ronodipoero dan Bapak Maladi kepada saya, Radio Republik Indonesia resmi dilahirkan pada tanggal 11 September 1945 berdasar kesepakatan para tokoh nasional di rumah kedaiaman Adang Kadarusman, jalan Menteng Dalam, Jakarta dipimpin oleh Dr. Abdulrachman Saleh dihadiri para wakil dari Jakarta: Adang Kadarusman, Soeriodipuro, Tjatja, Jusuf Ronodipoero, Soekasmo dan Sjawal Muchtaruddin
Bandung: Darya, Sakti Alamsyah dan Agus Marahsutan. Purwokerto: Soetaryo. Yogyakarta: Soemarmad dan Soedomomarto. Semarang: Soehardi dan Harto. Surakarta: Maladi dan Soetardi Hardjolukito.
Kemerdekaan
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta tiba di Bandar Udara Internasional Kemayoran dari Saigon. Jusuf Ronodipoero meliput di bandara di mana Bung Karno mengutip Ramalan Joyoboyo bahwa untuk memperoleh kemerdekaan tidak perlu menunggu jagung berbunga.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, kompleks radio tetap dijaga ketat oleh tentara Jepang meski Kaisar Hirohito sudah menyatakan Jepang menyerah kalah kepada sekutu. Siaran dalam negeri berjalan seperti biasa membawakan lagu-lagu Jepang dan Indonesia, serta berita-berita yang masih menyatakan kejayaan Jepang.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi hari, siaran dalam negeri terus berjalan, dan berita disiarkan dari sumber Kantor Berita Jepang. Sekitar pukul 17.30, ketika pegawai bersiap-siap berbuka puasa, seorang wartawan kantor berita Jepang Syachruddin berhasil menyusup ke gedung radio dan ke ruang pemberitaan dengan membawa teks proklamasi yang diterimanya dari Adam Malik untuk disiarkan melalui radio.
Pada pukul 18.00 petugas pemberitaan, siaran dan teknik berunding di ruangan pemberitaan untuk mencari kesempatan menyiarkan teks proklamasi. Terinformasikan bahwa studio luar negeri yang tidak mengudara, berada dalam keadaan kosong. Studio itu dapat dipergunakan dan petugas teknik mengatur line modulasi dari sana bisa langsung ke pemancar 10 kw yang terletak di Tanjung Priok.
Teks Proklamasi
Tepat pukul 19.00 teks proklamasi dibacakan secara bergantian dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipoero dan dalam bahasa Inggris oleh Suprapto. Penyiaran teks proklamasi melalui radio di Jakarta berlangsung berkali-kali selama 15 menit dan pembacaan yang sama dilakukan juga oleh Radio Bandung.
Pada pukul 20.30 WIB, para kampetai datang ke ruang pemberitaan karena peristiwa penyiaran teks proklamasi telah diketahui oleh Jepang, dan menghentikan seluruh petugas radio yang menyiarkan teks proklamasi, hal yang sama juga dialami oleh Radio Bandung dihentikan pada pukul 21.00 WIB.
Setelah meninggalkan Indonesia, militer Jepang menyerahkan stasiun radio sepenuhnya kepada Republik Indonesia yang merupakan cikal bakal berdirinya Radio Republik Indonesia pada 11 September 1945. Hingga saat ini RRI terus berjuang untuk negara, bangsa dan rakyat Indonesia di bidang komunikasi dengan semangat ”Sekali di udara tetap di udara”.
Merupakan kehormatan bagi saya bahwa rri.com sebagai media berita online RRI masa kini berkenan memuat naskah-naskah harian saya termasuk naskah tentang RRI yang sebelum dilahirkan telah berjasa mendukung pemberitaan proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sedang anda baca ini!
DIRGAHAYU 75 TAHUN RADIO REPUBLIK INDONESIA! SEKALI DI UDARA TETAP DI UDARA!
KOMENTAR ANDA