SATU di antara sekian banyak polemik kekal abadi berkelanjutan di kalangan masyarakat pewayangan adalah tentang siapa lebih berbudi pekerti luhur di antara dua saudara kandung Rahwana, yaitu Kumbakarna dan Wibisana.
Kumbakarna Para penganut nasionalisme apalagi patriotisme radikal Right Or Wrong My Country jelas lebih memilih Kumbakarna ketimbang Wibisana.
Kumbakarna tanpa kompromi setia kepada negara dan bangsanya maka tanpa ragu lebih memilih membela Alengkadiraja ketimbang Ayodhya. Kumbakarna siap mengorbankan jiwa raga kepada negara dan bangsanya sendiri tanpa peduli bahwa Rahwana telah menculik istri Sri Rama yang jelas merupakan perilaku keji yang sebenarnya tidak layak dibela!
Namun Kumbakarna meletakkan Alengkadiraja di atas segala-galanya termasuk kebenaran. Maka adalah hukumnya wajib bagi Kumbakarna untuk membela negara dan bangsa sampai titik darah penghabisan.
Bagi Alengkadiraja, Kumbakarna adalah pahlawan kusuma bangsa yang dihormati bahkan dipuja sampai akhir zaman. Bahkan Sri Rama bersama Laskar Wanara di bawah pimpinan Hanuman menghormati Kumbakarna sebagai personifikasi seorang prajurit berbudipekerti adiluhur yang merupakan suri teladan keperwiraan mengorbankan jiwaraga bukan orang lain, namun diri sendiri bagi nusa dan bangsa.
Wibisana
Sementara adinda Kumbakarna yang membelot ke pihak lawan Alengkadiraja, Wibisana, dihujat sebagai pengkhianat oleh masyarakat Alengkadiraja maupun di dalam kisah Ramayana versi Srilanka.
Maka serta merta dengan sendirinya di dalam kisah Ramayana versi India, Wibisana dipuja-puji sebagai ksatria sejati yang tidak dibutatulikan nasionalisme plus patriotisme maka memilih membela kebenaran ketimbang tanah air udaranya.
Pendek kata, Wibisana adalah pahlawan pembela kebenaran yang paling sejati. Di masyarakat yang meletakkan kebenaran di atas politik, jelas bahwa Wibisana adalah suri teladan kebajikan yang paling layak dihormati.
John Lennon juga pasti berkawan dengan Wibisana, sebab tidak suka kepada lembaga yang disebut negara. Douwes Dekker yang memilih berpihak kepada rakyat terjajah ketimbang penjajah yang notabene adalah bangsanya sendiri adalah Wibisana bagi bangsa Indonesia.
Maka lebih banyak warga Indonesia masa kini menyandang nama Wibisana ketimbang Kumbakarna apalagi Rahwana.
Saya Pribadi
Saya pribadi memiliki beberapa teman bernama Wibisana, namun tidak ada satu teman pun bernama Kumbakarna. Maka seharusnya saya apalagi sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan memilih Wibisana ketimbang Kumbakarna sebagai tokoh keteladanan budi-pekerti luhur.
Memang saya menghormati keberpihakan Wibisana kepada kebenaran, namun mohon dimaafkan bahwa secara pribadi saya lebih memilih Kumbakarna sebagai tokoh yang saya kagumi.
Akibat kebetulan saya memiliki hobi yang sama dengan Kumbakarna. Yaitu makan dan tidur.
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.
KOMENTAR ANDA