Bilakah bangku-bangku kosong ini kembali terisi?/Net
Bilakah bangku-bangku kosong ini kembali terisi?/Net
KOMENTAR

PENDIDIKAN adalah satu bidang yang terdampak hebat oleh pandemi Covid-19. Berpindahnya kegiatan belajar mengajar dari gedung sekolah ke rumah membuat proses pendidikan berjalan dengan sangat berbeda dari sebelumnya.

Bukan hanya siswa dan orangtua yang merasakan keresahan luar biasa akibat sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang jauh dari sempurna ini, melainkan juga para pahlawan tanpa tanda jasa kita; Bapak dan Ibu Guru.

Bagaimana para guru berjuang untuk menyesuaikan diri dengan metode baru? Redaksi memilih sebuah tulisan yang patut kita meresapi, seuntai kisah penuh makna dari seorang guru berikut ini.

"Bagi saya, GURU bukan hanya sekedar profesi, tapi juga sebuah tanggung jawab besar kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang guru bukan hanya memberikan materi dan mengarahkan belajar, tapi juga seorang motivator dan sahabat terbaik yang mendampingi anak didiknya dalam masa peralihan; dari belum bisa menjadi bisa, dari belum mengerti menjadi mengerti, demikian seterusnya.

Di masa ini, guru bukan hanya mengajarkan anak didik memahami materi, tapi guru juga memberi solusi baik dalam pembelajaran maupun masalah hidup mereka. Guru bukan hanya sebagai orangtua, melainkan bisa menjadi teman bercerita yang mengarahkan mereka kepada kebaikan manakala mereka salah bersikap.

Sentuhan kesabaran seorang guru akan mendorong lahirnya perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga peserta didik dapat merasakan perubahan luar biasa yang menjadi kenangan indah yang mereka akan ingat sampai kapan pun.

Tahun 2020 menjadi tahun penuh perjuangan bagi kita semua. Kita berjuang dalam bentuk yang berbeda-beda, tak terkecuali bagi para pendidik. Di tahun ini pula kita menyadari betapa beratnya peran guru menjalankan tugas dengan menghadapi anak-anak didik dengan berbagai karakter. Semua aktivitas belajar dilakukan dari rumah dalam bentuk PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menjelma menjadi tantangan tersendiri bagi anak didik.

Saya ingat betul, tahun 2017 adalah awal mula saya menapaki profesi sebagai guru di dunia pendidikan. Saya bergabung pada sebuah sekolah swasta bernama SMP Laboratorium Jakarta.

Saat itu, banyak sekali kejutan yang saya rasakan.

Karena...jujur, berbagai teori yang saya pelajari semasa di bangku kuliah dan praktik langsung mengajar di kelas sungguh sangat berbeda. Alhamdulillah, saya berusaha menyelami dunia mengajar, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya saya merasakan kebahagiaan (happiness) luar biasa sangat mengajar karena saya menganggap diri saya sedang belajar lagi.

Tiga tahun berlalu dengan aktivitas pembelajaran yang dinamis. Ada penjelasan materi di depan kelas, tanya jawab dan interaksi langsung dengan para anak didik, pemberian tugas, dan lain sebagainya. Tak jarang, aktivitas saya dan anak-anak diselingi canda dalam bentuk humor. Tujuannya tak lain agar anak didik merasa senang, ceria, dan antusias menuntut ilmu. Itulah tantangan saya setiap hari.

Namun apa daya, memasuki tahun 2020 dunia mengalami pandemi Covid-19. Pandemi yang terasa sangat berat karena hampir semua aspek kehidupan manusia menjadi berbeda dan tantangannya menjadi lebih berat dari tahun sebelumnya. Tantangan itu pula yang menyapa saya dan semua pendidik di negeri ini.

Ada sebuah kata yang menguatkan saya menjawab tantangan tersebut: KETELATENAN. Ketelatenan adalah sebuah kata sederhana namun mengandung sejuta makna bagi saya. Meskipun sebenarnya saya sudah menggunakannya dalam setiap aktivitas mengajar sebelum pandemi tiba.
Ketelatenan inilah yang selalu menjadi pegangan saya saat memberikan materi dan mengevaluasi hasil dari setiap pembelajaran yang saya berikan.

Dan kesulitan yang dihadapi tidak sedikit, terutama menyangkut kendala yang ditemui dalam pembelajaran. Baik itu dari materi, moda belajar/ perangkat belajar, juga menjaga mood anak didik hingga keperluan lain yang menunjang kelancaran pembelajaran. Karena itulah saya sebisa mungkin mencari solusi agar pembelajaran di tengah pandemi tetap berjalan lancar, agar para peserta didik tetap menerima hak mereka mengikuti pembelajaran.

Tak hanya tentang ketelatenan, kesabaran juga menjadi kunci dalam proses pembelajaran di masa pandemi. Dalam memberikan tugas, tidak sekadar menagih tugas dari anak didik tapi saya harus berpikir keras bagaimana anak didik selalu memiliki mood yang baik untuk mengikuti pembelajaran.

Dan tentu saja, menjaga mood anak didik dalam situasi pandemi ini bukan perkara mudah. Bagi saya, kenyamanan belajar sangat penting agar mereka tidak cepat merasa bosan. Ketika belajar terasa nyaman, materi yang diberikan akan dapat mereka serap dengan baik.

Kedisiplinan dan tanggung jawab menjadi sikap yang selalu saya anjurkan kepada mereka dalam mengikuti pembelajaran ini. Akan tetapi untuk mewujudkan kedua hal tersebut tentu menjadi suatu tantangan yang membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.

Pada intinya, BELAJAR adalah hak siapa pun, kapan dan di mana saja. Maka dari itu dalam menempatkan pembelajaran, saya selalu berusaha memaklumi apa pun keadaan yang ada. Saya tidak bisa memaksa, karena situasi sedang mengajarkan kita untuk lebih bersabar lagi dari sebelumnya.

Bagi saya, mengajar di tengah pandemi merupakan ujian kesabaran untuk bisa lebih baik lagi. Dan mengambil hikmah dalam setiap kejadian merupakan hal yang paling bijak agar ke depannya  menjadikan kita manusia yang lebih dewasa, berpendidikan, dan bertanggung jawab."

 




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting