Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

KETIKA sakit dan memeriksakan diri ke dokter, resep obat yang bunda terima bisa beragam, tergantung jenis penyakitnya. Namun jika sakit yang kita derita disebabkan infeksi bakteri, biasanya dokter memberikan resep antibiotik.

Untuk hal ini, dokter selalu berpesan agar obat antibiotik tersebut dihabiskan. Tapi pada kenyataannya, banyak pasien yang lalai atau abai pesan tersebut. Biasanya, jika dalam waktu 3 atau 5 hari sakit yang diderita sudah sembuh, antibiotik tidak lagi diminum.

Padahal, obat antibiotik yang tidak dihabiskan memicu komplikasi yang membahayakan, yaitu resistensi antibiotik.

"Resistensi antibiotik itu adalah bakteri yang tidak lagi mempan terhadap obat antibiotik. Dengan kata lain, antibiotik tidak lagi bisa mengurangi bakteri yang bersarang dalam tubuh, yang menyebabkan penyakit. Setelah ini bagaimana? Biasanya dokter akan menambah grade pemakaian antibiotik yang lebih tinggi lagi," kata Sukir Satrija Djati, seorang pharmacist & pharmacy lecturer of Indonesian Islamic University.

Menurut pria asal Yogyakarta yang akrab disapa Romo Sukir ini, resistensi antibiotik dapat menular. Bagaimana caranya?

1. Persepsi yang salah dari pasien. "Terkadang pasien suka sok tahu, dia sakit dan tidak butuh antibiotik. Tapi karena mau cepat sembuh, dia minta dibuatkan resep antibiotik," ujar Romo Sukir saat menjadi narasumber di Nina Nugroho Solution, Rabu (23/9).

2. Membeli sendiri tanpa resep dokter. Ada beberapa kasus, di mana banyak apotek yang menjual bebas antibiotik tanpa resep dokter.

3. Sedekah antibiotik. Pemahaman yang kurang dari masyarakat, bahwa penyakit dengan gejala yang sama bisa disembuhkan dengan obat yang sama pula. "Wah, sama itu kayak saya. Kebetulan nih, saya masih simpan obat antibiotik. Mau? Ini nih yang bisa memicu munculnya penularan resistensi," celoteh pria lulusan Magister Public Health di Universitas Gadjah Mada ini.

4. Hewan ternak dan sayuran yang biasa diberikan obat antibiotik sebagai campuran pupuk agar tumbuh subur dan gemuk. Ketika manusia mengonsumsinya, akan sangat berbahaya. Ditambah kebiasaan sanitasi yang apa kadarnya pada saat mengolah daging dan sayuran tersebut.

"Pada prinsipnya, mulai dari bayi hingga manula potensial sekali mengalami resistensi antibiotik. Bahkan ibu hamil yang mengalami resistensi, bisa mewariskannya kepada janinnya," tegasnya.

Resistensi antibiotik sangat berbahaya. Sebab, infeksi ini tidak bisa dibunuh dengan mudah hanya dengan konsumsi antibiotik. Tidak banyak pilihan pengganti, karena belum banyak ditemukan penelitian baru terkait perkembangan antibiotik untuk mematikan penyakit karena infeksi kuman dan bakteri ini.

"Mulai sekarang, tanamkan gerakan 3H. Yaitu, Hanya gunakan antibiotik dengan resep dokter, Habiskan antibiotik, dan Hindari berbagi antibiotik. Insya Allah, jika 3H ini dijalankan dengan benar, maka kita akan mewariskan tubuh yang sehat ke anak cucu kita nanti," saran Romo Sukir.

 




Apa Urgensi Vitamin D3 untuk Kesehatan Kita?

Sebelumnya

Dampak Buruk Terlalu Lama Menatap Layar TV dan Gawai Bagi Kesehatan Mata

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health