Ilustrasi Dahlan Iskan/Net
Ilustrasi Dahlan Iskan/Net
KOMENTAR

INILAH cara yang sangat baik dalam menentukan salah atau tidak salah. Kekhawatiran meledaknya kerusuhan besar pun tidak terjadi.

Padahal sejak Senin lalu kantor-kantor penting pemerintah di kota itu sudah diminta tutup. Agar jangan sampai menjadi sasaran amukan massa -yang lagi naik daun di Amerika. Sudah lebih lima bulan.

Seperti tiada hari tanpa demo di Louisville -kota kelahiran dan makam petinju Mohamad Ali itu. Yakni sejak polisi menembak wanita kulit hitam, lewat tengah malam, ketika wanita itu lagi tidur bersama pacarnya di apartemennya.

Itu 13 Maret 2020 -ketika wabah Covid-19 sudah mulai melanda Amerika tapi baru akan masuk Indonesia.

Nama wanita itu: Breonna Taylor. Umur 26 tahun. Pekerjaan: teknisi alat kesehatan.

Dari sertifikat kematiannya disebutkan: badannya terkena tembakan sebanyak 5 kali.

Yang menembak adalah polisi kulit putih. Maka meledaklah Kota Louisville, yang salah satu daya tarikya adalah karena terletak di tepi sungai Mississippi.

Apalagi kejadian "polisi kulit putih menembak orang kulit hitam" lagi jadi topik di seluruh negeri. Kali ini korbannya wanita muda. Tak sersenjata pula.

Apalagi setelah itu segera tersiar berita bahwa malam itu polisi langsung menendang pintu apartemen tanpa lebih dulu memberikan ketukan. Juga tidak ada pemberitahuan siapa mereka yang datang itu.

Pacar Taylor pun, pemuda bernama Kenneth Walker, terbangun. Langsung menembakkan senjata ke arah pintu. Mengenai salah satu polisi -sedikit luka. Rupanya sang pacar membawa senjata. Yang setelah diusut ia memang punya izin untuk memiliki senjata.

Mendengar tembakan dari dalam itu polisi langsung melalukan berondongan tembakan. Sampai 20 atau 30 kali. Terkena si cewek. Tewas seketika. Sedang cowoknya selamat.

Begitu seriusnya peristiwa malam itu sampai diputuskan untuk membentuk Grand Jury. Untuk menilai apakah tiga polisi tersebut bersalah.

Rabu kemarin memang dijadwalkan Grand Jury mengumumkan hasil kerja mereka. Antisipasi pun dilakukan. Kantor-kantor penting ditutup sejak Senin. Situasi kota Louisville tegang. Seperti hamil tua.

Keputusan Grand Jury akhirnya diumumkan: mengecewakan keluarga Tylor. "Adikku Taylor yang sangat aku cintai, kamu kalah hari ini," ujar kakak wanitanya, seperti disiarkan luas media Amerika.

Tapi tidak terjadi kurusuhan.

Louisville aman.

Saya ikut lega. Saya beberapa kali ke Louisville, termasuk saat menghadiri pemakaman Mohamad Ali tiga -empat tahun lalu.

Lembaga Grand Jury rupanya sangat dipercaya di Amerika.

Sistem hukum di Amerika memang mengenal apa yang disebut juri. Ketika ada seseorang yang dijadikan tersangka, bukan hakim yang menyatakan bersalah atau tidak. Yang memutuskan adalah juri.

Kalau juri sudah memutuskan si A bersalah, barulah hakim memutuskan berapa lama hukumannya.

Siapa juri itu?

Untuk perkara biasa dewan juri itu terdiri dari 9 sampai 12 orang. Mereka adalah warga kota itu. Siapa saja. Yang dipilih secara acak oleh pengadilan.

Warga-kota yang dipilih harus mau -kecuali punya alasan yang bisa dibenarkan, misalnya sakit.

Kesibukan pekerjaan atau kerepotan keluarga tidak bisa dijadikan alasan.

Yang menolak menjadi juri akan dianggap contempt of court -menghina pengadilan. Bisa dihukum.

Keberadaan Jury itu dirahasiakan. Mereka harus dikarantina, biasanya di hotel. Tidak boleh bertemu siapa pun, membaca apa pun, menonton sesuatu pun.

Ada yang diizinkan bertanya kepada terdakwa atau saksi. Atau melihat barang bukti. Ada juga yang sifatnya pasif. Hanya mendengar pertanyaan jaksa atau pembela. Juga mendengar jawaban-jawaban terdakwa. Tetap dari tempat yang tersembunyi.

Mereka lantas membuat keputusan: bersalah atau tidak. Kalau pun menyatakan bersalah kesalahan yang mana -jaksa biasanya menuduh terdakwa dengan beberapa tuduhan.

Yang di Louisville ini agak beda. Namanya saja Grand Jury. Jumlah jurinya sampai 23 orang. Waktu sidangnya 6 bulan -malam-malam mereka dibolehkan pulang untuk minta "jatah" ke istri. Atau menagih "jatah" ke suami.

Bukan berarti selama enam bulan itu tiap hari ada sidang. Hari persidangan itu, kalau dijumlah, hanya 20 hari. Selebihnya untuk mempelajari berkas-berkas perkara.

Grand Jury di Louisville ini juga diizinkan minta tambahan saksi. Bahkan diizinkan mengajukan pertanyaan kepada terdakwa. Juga diizinkan melihat barang bukti. Semua itu dilakukan dari tempat yang tidak terlihat.

Keputusan Grand Jury yang dibacakan Rabu kemarin adalah: polisi tersebut tidak terbukti melakukan pembunuhan.

Pengadilan sudah memberi izin polisi untuk masuk ke apartemen Taylor tanpa mengetuk pintu. Ini jadi perdebatan. Terutama karena pengadilan kemudian mengharuskan polisi mengetuk pintu. Perubahan putusan itu terjadi ketika polisi sudah berangkat melakukan operasi.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway