PSIKOLOG klinis sekaligus hipnoterapis bersertifikat Liza Marielly Djaprie hadir menjadi narasumber dalam ZoomTalk Farah.id bertajuk "Solusi Cerdas Atasi Cemas di Masa Pandemi" yang digelar Jumat, 25 September 2020.
"Merasakan emosi adalah wajar. Yang salah adalah ketika emosi itu tidak bisa disalurkan dengan baik hingga bisa mengganggu kehidupan kita," ujar perempuan kelahiran 10 November 1977 itu mengawali ZoomTalk.
Terlebih lagi di masa pandemi Covid-19, beban pikiran bertambah. Liza mencontohkan kondisi pribadinya sebagai ibu empat anak dengan rentang usia beragam yang tentunya memiliki pemikiran berbeda-beda. Dibutuhkan kekompakan dengan pasangan untuk bicara hati ke hati tentang kondisi luar biasa pandemi agar bisa satu frekuensi menyikapi dampak pandemi terhadap keluarga mereka.
Bicara tentang kecemasan terkait pandemi, pertama kita harus menyadari bahwa kondisi saat ini memang di luar kontrol manusia. Perlu kita ingat, bahwa pandemi Covid-19 bersifat global, maka tidak perlu kita terus mengeluhkan kondisinya. Yang perlu kita lakukan adalah sebisa mungkin menaati protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19.
Bisakah kita menghilangkan kecemasan? "Kita bisa mengurangi kecemasan, tapi untuk menghilangkannya...tidak bisa. Selama kita hidup, kecemasan pasti ada," jelas psikolog yang menjadi rutin mengisi program Buka-Bukaan di Orami Entertainment ini.
Liza menjelaskan bahwa ada berbagai bentuk kecemasan perlu diketahui. Ada kecemasan menyeluruh, ada serangan panik (panic attack), ada OCD (Obsessive Compulsive Disorder), fobia, atau kecemasan sosial (social anxiety). Salah satu yang dapat memicu kecemasan adalah monkey mind.
Istilah monkey mind mengacu pada kondisi pikiran seseorang yang kerap melompat-lompat (ibarat monyet), dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan. Bagi orang dengan monkey mind yang terlalu sering melompat ke masa lalu, contohnya yang sering mengatakan "kenapa begini" atau "saya seharusnya tidak melakukan ini" rentan terkena depresi.
Ada pula orang yang memikirkan masa depan yang masih terlalu jauh. Misalkan, jika anak kita masih berusia 6 tahun saat ini (usia SD), maka akan sangat berlebihan jika kita mengkhawatirkan bagaimana nanti dia kuliah jika harus memakai masker seperti saat pandemi. Merencanakan masa depan memang sesuatu yang baik, tapi mengkhawatirkan berbagai hal buruk belasan tahun lagi tentu bukan hal yang perlu dilakukan.
"Karena itulah kita harus menenangkan monkey mind dengan meditasi, berzikir, untuk bisa fokus pada diri kita saat ini," kata Liza.
Jika pun ingin menyiapkan masa depan, fokuslah pada waktu satu atau dua minggu ke depan. Dengan demikian kita bisa lebih leluasa memikirkan apa yang terjadi. Jika ada masalah yang mencemaskan, kita bisa berusaha mencari penyebabnya, lalu beraksi untuk menemukan jawaban yang bisa menyemangati kita.
Berzikir dan bermeditasi adalah cara kita untuk bisa fokus. Melatih pikiran kita untuk bisa tenang dan tidak melompat-lompat terlalu berlebihan. Kita hadir utuh untuk diri kita saat ini (present time). Dengan demikian monkey mind bisa berkurang dan kecemasan pun mereda.
KOMENTAR ANDA