Tidak ada jalan pulang untuk mengulang. Jika hari ini kita mengantarkan jenazah orangtua, saudara, atau teman kita ke liang lahat, kelak kita pun sama/ Net
Tidak ada jalan pulang untuk mengulang. Jika hari ini kita mengantarkan jenazah orangtua, saudara, atau teman kita ke liang lahat, kelak kita pun sama/ Net
KOMENTAR

SEBAGAI muslim, kita sudah tidak asing lagi dengan fase perjalanan hidup manusia sebelum sampai ke negeri keabadian atau alam akhirat. Hidup kita di dunia ini merupakan bagian dari rangkaian perjalanan menuju akhirat. Pada fase ini kita harus menyiapkan bekal untuk ke akhirat.

Semasa hidup di dunia inilah kita akan mengukir takdir untuk memilih tempat kita kelak di akhirat. Sudah pasti, hanya manusia bertakwalah yang diberikan tempat terbaik oleh Allah Swt.

Lalu, bagaimana untuk memperoleh semua kebaikan itu?

Ingatlah selalu bahwa Allah senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya pada semua hamba, sekali pun kita kerap tidak menyadarinya. Kita tidak akan mampu menghitung semua rahmat dan kasih sayang Allah yang dianugerahkan untuk kita. Terlebih lagi, Allah tidak pernah meninggalkan kita dalam keadaan suka maupun duka.

Renungkanlah, apabila Allah berkehendak menghentikan atau menghapus perputaran oksigen di dunia ini yang mana setiap detiknya kita butuhkan.

Renungkanlah, apabila Allah menghentikan kedip mata yang mana setiap saatnya kita lakukan agar mata menjadi nyaman.

Renungkanlah, apa yang sudah kita lakukan untuk membalas semua kasih sayang Allah? Sementara untuk mengerjakan sebuah kewajiban yang menjadi tiang agama saja kita masih berat untuk melengkapinya.

Apakah kita harus menunggu hingga tubuh dibungkus kain kafan dan dibaringkan dalam tanah untuk kembali ke jalan yang benar? Tentulah hanya akan menjadi kesia-siaan jika bertobat kala sudah terlambat.

Yakinlah selalu Allah tidak pernah meninggalkan kita sedikit pun bahkan Ia merindukan hamba yang senantiasa bergantung pada-Nya. Allah juga merindukan tangisan hamba yang memohon ampunan-Nya. Bisa jadi setiap masalah yang menimpa kita adalah cara Allah untuk membuat kita kembali kepada-Nya, agar kita kembali bersimpuh di hadapan-Nya.

“Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (Qaaf: 16)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-Ku tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Apalagi yang membuat kita ragu dan enggan bersujud padahal kita menikmati nyenyaknya tidur lalu bisa membuka mata di pagi hari untuk menyambut hari baru? Kapan lagi kalau bukan sekarang, karena sebuah kepastian bernama maut tak akan pernah mau menunggu tobat kita.

Mulai saat ini, bertekadlah menjadikan Allah sebagai pendamping utama yang mengawasi kita. Ubahlah kebiasaan mengeluh saat menghadapi masalah menjadi bersyukur atas karunia-Nya. Tinggalkanlah hal-hal yang menjauhkan kita dari bersujud kepada-Nya.

Jangan menunggu mendapat masalah baru kemudian bersujud pada-Nya. Ingatlah selalu limpahan kasih sayang Allah yang tercurah untuk kita. Lakukanlah kebaikan yang mendekatkan kita pada Allah karena itu memudahkan jalan kita kelak di akhirat.

Belajarlah untuk selalu mengambil hikmah dalam setiap kejadian hidup yang menimpa kita. Semua itu akan menjadikan diri kita lebih baik dalam meningkatkan keimanan dan rasa syukur kepada Allah Swt.

Tak perlu sombong dengan apa yang kita miliki, baik itu harta maupun paras rupawan. Apalah guna itu semua jika tidak memberi manfaat kepada sesama dan menjadi ladang amal untuk akhirat kita.

Andaikan si mati dapat berbicara tentang keinginannya kembali ke dunia untuk mengerjakan kebaikan, itu hanya akan menjadi angan-angannya.

Tidak ada jalan pulang untuk mengulang. Jika hari ini kita mengantarkan jenazah orangtua, saudara, atau teman kita ke liang lahat, kelak kita pun sama...tubuh kita akan ditutupi tanah perpisahan.
Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Sekaranglah saatnya untuk menikmati rasa syukur dan mengerjakan kebaikan. Semua itu agar Allah Swt. meridhai kita menempati tempat yang baik kelak di akhirat, juga membuat kita bahagia dan selamat di dunia dan akhirat.

Marilah kita mulai dari diri sendiri untuk meraih kemenangan yang abadi.
Wallahu a’lam.

 

 

 




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur