TEORI konspirasi mengenai virus corona baru atau SARS-CoV-2 terus bertebaran meski pandemi sudah terjadi selama hampir satu tahun.
Jurubicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro pun memberikan jawaban terkait teori konspirasi yang menyatakan virus corona tidak eksis di dunia.
Dalam diskusi Farah ZoomTalk bertajuk "Jangan Pernah Menyerah! Strategi Hadapi Pandemi Covid-19. Cerdas YES, Cemas NO!" yang berlangsung pada Jumat (9/10), dr. Reisa mengatakan, virus corona sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
"Virus corona sendiri memang sebenarnya banyak sekali jenisnya dan sudah lama ada di dunia ini, ratusan tahun," terangnya.
Ia menjelaskan, pada awalnya virus corona menyerang dari satu binatang ke binatang lain. Namun pada 1960-an, muncul kasus virus corona pada manusia. Bahkan virus itu bisa menyerang antarmanusia. "Dari situlah penelitian tentang virus corona digencarkan.
Dari situ diketahui, oh ternyata banyak sekali yang bisa menyerang manusia juga," tambahnya.
Sejauh ini, dr. Reisa menyebut, ada empat tipe utama dalam virus corona. Tetapi virus corona yang paling sering menyerang adalah Alfa dan Beta.
"Tipe Alfa ini ternyata seasonal flu, jadi flu musiman. Tapi karena gejalanya ringan dan dia itu self-limiting disease, ya dia ga kita anggap serius," sambung dr. Reisa.
Berbeda dengan tipe Alfa, tipe Beta sendiri menurut dr. Reisa menyebabkan keparahan yang lebih fatal dan tingkat penularannya cepat.
Ia mengatakan, virus corona tipe Beta yang kerap menjadi wabah, seperti halnya SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
SARS sendiri adalah SARS-CoV-1. Sementara virus corona baru yang mengakibatkan penyakit Covid-19 adalah SARS-CoV-2.
"Ini (virus corona baru) adalah hasil mutasi dari virus SARS-CoV-1. Jadi memang virus corona ini cepet banget berubah secara genetika," pungkasnya.
KOMENTAR ANDA